Tulisan
tentang kategori elektrikal ini membahas tentang lampu listrik dan
karakteristiknya, seperti lampu pijar, lampu halogen, lampu dingin, lampu
fluoresen, lampu neon, lampu natrium, lampu merkuri tekanan tinggi, lampu metal
halida dan sumber cahaya electroluminescent. Sebagai latar belakang tulisan
ini, dipaparkan di paragaraf berikutnya.
Lampu
listrik mulai digunakan sekitar tahun 1870, yaitu lampu busur yang menggunakan
karbon sebagai elektrodanya. Pada tahun 1877 pertama kalinya digunakan lampu
pijar oleh Thomas Alva Edison. Hingga perkembangan terakhir lampu listrik
dikategorikan menjadi 3 yaitu lampu pijar, lampu pelepasan gas (gaseous discharge),
dan electroluminescent.
Tergolong
lampu pijar adalah: lampu pijar dengan filamen karbon, lampu Wolfrarm biasa,
lampu halogen, dan lampu phato flash. Sedangkan lampu tabung (TL), lampu Merkuri
rekanan tinggi, lampu Natrium tekanan rendah (SOX), lampu natrium tekanan
tinggi (SON) dan lampu Metal Halida tergolong lampu pelepasan gas.
Contoh
electro luminescent seperti tabung televisi, LED (light emiting diode), laser
(light amplification stimulated emission of radiation), monitor laptop.
Lampu
Pijar
Lampu
pijar tergolong lampu lisrik generasi awal yang masih digunakan hingga saat
ini. Filamen lampu pijar terbuat dari tungsten (wolfram), bola lampunya diisi
gas.
Bentuk
standar lampu pijar ditunjukkan pada Gb.3.1 sedangkan modifikasi material maupun
pewarnaan gelasnya kini makin bervariasi.
Prinsip
kerja lampu pijar adalah sangat sederhana. Ketika ada arus listrik mengalir
melalui filamen yang mempunyai resisvitas tinggi sehingga menyebabkan kerugian
tegangan selanjutnya menyebabkan kerugian daya yang menyebabkan panas pada
filamen sehingga filamen berpijar.
Lampu
pijar yang warna sinarnya putih, bagian dalam bola lampu dilapis dengan silika
oksida (SIO2) atau seng Sulfida (ZNS).
Sedangkan untuk mendapatkan wama lain dapat diperoleh dengan pelapisan bagian
dalam bola lampu dengan berbagai cara, antara lain:
1) Teknik
ini disebut frosting, yaitu pelapisan dengan membilas bagian dalam bola lampu
menggunakan asam hidrofluorik sehingga menghasilkan lapisan tipis pada gelas
(gelas seperti ini lazim disebut, gelas baur atau gelas es) yang kemampuan
menyebarkan sinar tidak bagus.
2) Melapisi
bagian dalam bola lampu dengan serbuk halus silika atau titanium dioksida
sehingga diperoleh difusi yang lebih baik (disebut opalising). Cara ini dilakukan
pada lampu pijar jenis argenta.
3) Pewarnaan
bagian dalam bola lampu menggunakan cara frosting atau opalising menggunakan
teknik elekrostatis, yaitu melapisi bagian dalam bola lampu dengan cara
penguapan warna pigmen pada keadaan hampa. Pewarnaan yang bersifat fisis dapat
pula menggunakan bahan semacam vernis.
4) Untuk
reflektor dilakukan pelapisan gelas dengan uap aluminium atau paduan tembaga
aluminium pada kondisi hampa udara.
Hubungan
antara tegangan (V), daya (P), dan arus cahaya (φ) serta efikesi (η) suatu
lampu pijar dinyatakan dengan pendekatan menggunakan persamaan dibawah ini.
Persamaan Hubungan Antara Tegangan, Daya, Arus Cahaya & Efikesi |
Jika
tidak ada peryataan maka persamaan dianggap berlaku untuk bola lampu baik yang
berisi gas maupun hampa udara.
Contoh:
Sebuah
lampu pijar hampa udara memiliki tegangan nominal 110 volt, dengan umur
pemakaian 1000 jam. Ketika lampu tersebut salah dihubungkan dengan tegangan volt,
maka arus cahaya nya naik dan dalam waktu 219,6 detik filamennya putus.
Lampu
Halogen
Lampu
Halogen tergolong lampu pijar yang ke dalam bola lampunya diisi dengan unsur halogen
di antaranya lodida. Evaporasi Wolfram pada lampu ini terjadi saat filamen
berpijar.
Selanjutnya
evaporasi Wolfram bereaksi dengan lodida di sekelilingnya sehingga terjadi reaksi
bolak-balik. Dengan demikian atom yang akan terlepas dari filamen kembali
menyatu dengan filamen. Hal ini menyebabkan umur filamen menjadi kira-kira 2
kali umur lampu biasa.
Lampu
halogen jenis GSL umur standar pemakaian hingga 1000 jam di Amerika Serikat
dibuat standar 750 jam. Sedangkan untuk penambahan umur rata-rata penrakaian
1000 hingga 2000 jam efikesinya turun sekitar I0%. Efikesi lampu halogen
mencapai 20 lm/W.
Ada
2 penyebab keluaran arus cahaya lampu pijar menurun makin bertambahnya waktu,
yaitu:
1) Evaporasi
pada filamen menyebabkan ada bagian filamen yang mengecil dan ini menyebabkan
resistansi naik sekaligus mereduksi arus yang mengalir.
2) Terjadinya
bagian filamen yang tidak menempel kembali ke fllamen menyebabkan lapisan hitam
pada bola lampu.
Penggunaan
lampu halogen antara rain lampu pada mobil, OHP, lampu pada tambang, pabrik,
aula olah raga, studio tv, tanah lapang air mancur dan lainnya.
Lampu
Dingin
Salah
satu perkembangan lampu filamen adalah pemakaian teknik gelas sinar dingin.
Sinar inframerah yang dihasilkan filamen menimbulkan persoalan karena panas
yang dipancarkan.
Panas
ini dapat direduksi dengan menggunakan gelas sinar dingin untuk bahan bola
lampu. Gelas sinar dingin dapat mengurangi panas yang dipancarkan filamen
hingga 80%.
Lapisan
yang menyebabkan gelas sinar dingin mampu mereduksi panas adalah seng Sulfida
dan Magnesium Flourida atau Silika dioksida yang dibuat lapisan berselang
seling (terdiri dari 2 macam bahan yang berbeda bisa mencapai 20 lapis). Gelas
semacam ini disebut gelas dichroic.
Hingga
awal tahun 2000 perkembangan teknologi lampu pijar sangar pesat baik yang
terkait dengan bentuk bola lampu, bahan bola lampu, gas pengisi, pewarnaan,
maupun modifikasi filamennya. Skema rumpun lampu pijar sebagai berikut:
Lampu
Fluoresen
Lampu
Fluoresen (TL =tubelair lamp) termasuk lampu merkuri tekanan rendah (0,4 Pa)
yang dilengkapi dengan bahan fluoresen. Cahaya yang dipancarkan dari dalam
lampu adalah ultraviolet (termasuk sinar tak tampak).
Untuk
itu bagian dalam lampu tabung dilapisi dengan bahan fluoresen yang fungsinya
mengubah ultra violet menjadi sinar tampak. Di samping itu pada bahan fluoresen
ditambahkan senyawa lain yang disebut aktivator. Di dalam tabung lampu
fluoresen terdapat merkuri dan gas inert (Argo atau Kripton).
Fungsi
gas inert adalah memperpanjang umur elektroda karena keberadaan gas tersebut
dapat mengurangi evaporasi, pengendali kecepatan lintasan elektron bebas sehingga
lebih memungkinkan terjadinya ionisasi Merkuri, dan mempermudah lewatnya arus
di dalam tabung khususnya pada temperarur rendah.
Pada
awal kerja, arus mengalir melalui dan memanaskan elekroda (kalau sumber dc
adalah katoda dan anoda) sehingga mengemisikan elektron bebas. Di samping melalui
elektroda, arus juga melalui balast dan srarter.
Fenomena
resistansi pada pelepasan gas adalah negatif. Berarti jika arus lampu bertambah
tegangan lampu berkurang. Untuk itu perlu perangkat pembatas arus yang dipasang
seri dengan TL. Perangkat tersebut bisa berupa resistor (pada sumber dc),
balast elektris atau elektronik.
Fungsi balast ada 2 yaitu sebagai:
- Pembangkit tegangan induksi yang tinggi
(dipengaruhi kerja starter) agar terjadi pelepasan elekffon di dalam tabung.
- Mernbatasi arus yang melalui tabung setelah
lampu bekerja normal.
Macam
Balast
Terdapat
4 macam balast yaitu berupa resistor, berupa kapasitor, berupa induktor, dan
rangkaian elektronik. Berikut dibawah ini keterangannya.
Balast
resistor
Merupakan
balast yang tidak ekonomis karena menyebakan kerugian daya yang besar dan
energi lisrik didesipasikan menjadi panas. Agar stabil balast resistor harus
disuplasi dengan tegangan yang bisa mencapai 2 kali tegangan normal.
Balast
kapasitor disebut juga lampu stabilisasi karena bentuknya memang seperti lampu
pijar. Balast ini hampir tanpa kerugian. Balast kapasitor digunakan pada
pemakaian frekuensi tinggi.
Balas
Induktor
Paling
lazim digunakan unuk lampu tabung. Kerugian daya yang ditimbulkan lebih kecil
dari pada balast resistor. Balast ini dipadukan dengan starter dapat
menimbulkan tegangan induksi yang tinggi.
Balast
Elektronik
Tergolong
lebih mahal dari balast lainnya, tetapi mempunyai beberapa keunggulan antara
lain: memperbaiki sistem dan menaikan efikesi, tidak ada ficker atau efek stroboskopis,
tidak memerlukan starter, tidak menimbulkan interferensi radio, dan dapat
digunakan untuk ac sekaligus dc.
Terdapat
2 macam starter, yaitu jenis termal dan jenis nyala (tabung starter diisi gas
Helium tekanan rendah). Untuk menghilangkan interferensi radio, disarankan memparalel
starter termal dengan kapasitor 0,005 mF sedangkan unruk starter glow di
samping dengan kapasitor yang sama juga diseri dengan resistor 100 ohm.
Fungsi kavasitor pada hubungan Duo ada 2
yaitu:
-
Menjadikan fasa tegangan kedua lampu tidak
sama serhingga seakan lampu tidak pernah padam (disebut juga hubungan lead-lag).
-
Menaikkan faktor daya (cos φ).
Teknik
kornpensasi menggunakan kapasitor ada dua macam yatru kompensasi mono yaitu
kapasitor yang diparalel dengan salah satu lampu atau kompensasi duo.
Sebagai
perkiraan kasar besar kapasitor yang diperlukan untuk kompensasi pada frekuensi
50 Hz anrara lain 4,2 µ untuk F lampu 36 W atau 40 W, 6,5 µ F untuk lampu 58 W
atau 65 W (PLN ,mengeluarkan dafrar kapasitor yang diperlukan unruk perbaikan faktor
daya lampu fluoresen).
Selain
hubungan Duo yang masing-masing lampu mempunyai balast sendiri, terdapat pula
hubungan 2 lampu yang menggunakan 1 balast bersama-sama yaitu hubungan Tandem.
Hubungan
Tandem dikompensasi menggunakan kapasitor hubungan seri (bukan paralel).
Penggunaan 1 balast secara bersama jika kapasitomya hubungan paralel
menyebabkan semua arus melalui lampu dengan tegangan busur (yang menyebabkan
lampu menyala) rendah.
Hal
ini disebabkan gas di dalam tabung lampu fluoresen bersifat resistansi negatif.
Lampu
Neon
Lampu
tabung yang berisi gas Neon menghasilkan sinar kemerah-merahan, kalau diisi campuran
uap Merkuri dengan Argon menghasilkan warna biru kehijauan sedangkan kalau
diisi campuran uap Merkuri dengan gas Neon menghasilkan warna biru.
Tegangan
yang diperlukan lampu rias Neor berkisar 300 hingga 1000 volt setiap panjang
lampu 1 meter. Arus kerja lampu hias didasarkan diameter tabung yaitu 25 mA, 35
mA, dan 60 mA unruk diameter 10 mm, 15 mm, dan 20 mm.
Tegangan
awan adalah 1,5 hingga 2 kali tegangan nominal. Untuk mengontrol besarnya arus
tersebut digunakan trafo bocor tinggi (high leakage transformers).
Ada
2 cara menghubungkan lampu hias, yaitu penyorotan atau serentak, pada jenis
serentak dipasang balast yang dimaksudkan mengurangi interferensi radio.
Lampu
Natrium
Lampu
Natrium (sodium) dibedakan berdasarkan tekanan gas di dalam tabung pelepasanya menjadi
2 yaitu lampu Natrium tekanan rendah (sox) dan lampu Natrium tekanan tinggi
(SON).
Cara
pemasangan lampu Natrium agak miring ke atas dengan maksud agar pada kondisi
dingin Natrium terkumpul dan lebih dekat dengan elektroda sehingga pada proses
penyalaan Natrium tersebut lebih awal terpanasi. Umur lampu Natrium rata-rara
2500 jam dan efikesinya 40 hingga 50 lm/W.
Terdapat
rangkaian SOX dengan watt konstan baik selama beroperasi normal maupun pada
wakru kerja awal.
Manfaat SOX dengan rangkaian watt konstan,
antara lain:
-
Efikesi sisrem lebih tinggi
-
Kedipan (flicker) dapat direduksi
-
Variasi tegangan pengaruhnya kecil
-
Kapasitor yang dipasang seri berfungsi
untuk melindungi terjadinya efek penyearahan pada akhir pemakaian lampu.
Perbadingan Antara SOX Dengan SON |
Lampu
Merkuri Tekanan Tinggi
Lampu
Merkuri tekanan rendah (lampu fluoresen) cahaya yang sebagian besar dihasilkan
adalah ultraviolet. Jika tekanan gas di dalamnya diperbesar hingga menjadi 2
atmosfir barulah dihasilkan sinar tampak.
Lampu
merkuri tekanan tinggi mengunakan balast sebagai pembatas arus pelepasan.
Karena itu factor dayanya relative rendah, yaitu 0,5
Cara
kerja lampu merkuri terdiri 3 tahapan yaitu: pengapian, proses mencapai stabil,
dan stabil. Pada saat suplai tegangan diberikan terjadi medan listrik antara
elektroda kerja awal dengan salah satu elekroda utama.
Hal
ini menyebabkan pelepasan muatan ke dua elektroda dan memanaskan merkuri yang
ada di sekelilingnya. Untuk menguapkan Merkuri tersebut diperlukan waktu 4 hingga
8 menit.
Setelah
semua merkuri menjadi gas, resistansi elektroda kerja awal naik (karena panas)
dan ams mengalir antar elektroda utama melalui gas. Arus mula kerja berkisar
1,5 hingga 1,7 arus nominal. Warna kerja awal kemerahan dan setelah kerja
normal sinar yang dihasilkan berwarna putih.
Lampu
Metal Halida
Untuk
memperbaiki warna lampu merkuri dilakukan dengan menambahkan unsur metal (yang
lazim: Hg, Sn, Cd) ke dalam tabung pelepasan. Penambahan unsur metal bermanfaat
menurunkan temperatur di dalam tabung pelepasan. Namun keberadaan metal dapat
merusak quartz (bahan tabung) dan elektroda.
Untuk
mengatasi kelemahan tersebut dibuat senyawa metal halida. Metal halida adalah
metal yang disenyawakan dengan halogen yaitu unsur, F, Cl, Br, dan l. Pada
temperatur tinggi ±3000 K terjadi reaksi kesetimbangan seperti pada lampu
halogen.
Manfaatnya,
metal halida tidak agresif terhadap dinding tabung, ion halogen terdapat di
bagian tengah tabung, ion logam berfungsi memancarkan radiasi.
Lampu
metal halida (MBI atau HPI) dikategorikan menjadi 3, yaitu:
Lampu
Tiga warna menggunakan metal, natrium (Na), thalium (Tl), dan indium (In).
Lampu jenis ini memancarkan 3 warna yaitu hijau, kuning dan biru yang
komposisinya tergantung jumlah iodida dan temperatur kerja.
Lampu
Spektrum Multi Garis menggunakan metal scandium (Sc), disprosium (Dy), thalium
(Tl), dan holmium (Ho)
Lampu
Molekular menghasilkan spektrum kuasi (bukan sebenarnya) menggunakan senyawa
stanum iodida (SnI) dan stanum klorida (Sn CI).
Penyalaan
pada lampu metal halida agak berbeda dengan lampu merkuri tekanan tinggi karena
adanya aktivitas kimia gas pengisinya. Karena itu untuk memudahkan penyalaan
awal di dalam gas ditambahkan gas mulia, Neon dan Argon atau Kripton dan Argon.
Penyalaan
awal lampu metal halida memerlukan waktu sekitar 2 menit. Elektroda lampu metal
halida terdiri dari 3 bagian yaitu timah hitam sebagai batang penghubung dengan
bagian luar tabung pelepasan, lembaran molibdenum sebagai penyekat, dan
elektrodanya sendiri.
Posisi
pemasangan lampu metal halida menentukan umur pemakaian (umur nominal 12.000
jam) dan fluktuasi warna. Karena itu posisi pemasangan lampu metal halida harus
memperhatikan petunjuk produsen. Efikesi lampu berkisar 75 lm/W hingga 95lm/W
tergantung jenis dan besarnya daya lampu.
Seperti
lampu pelepasan gas lainnya penyalaan kembali lampu metal halida diupayakan
pada kondisi dingin yaitu setelah lampu padam 5 hingga 20 menit.
Sumber
Cahaya Electroluminescent
Electroluminescent
dapat didefinisikan sebagai emisi cahaya hasil dari eksitasi di dalam suatu
padatan. Efek tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan medan listrik pada
bahan kristalin yang mempunyai sifat pemendaran khusus dan dapat dikontrol.
Hingga
saat ini terdapar 2 sumber cahaya electroluminescent yaitu light emiting diorie
(LED) dan panel electroluminescent. LED adalah bahan semikonduktor yang
mengeluarkan cahaya ketika arus listrik melaluinya sebagaimana dioda lainnya
LED terdiri dari pasangan bahan semikonduktor P dan N.
Penggunaan
LED antara lain untuk teks atau gambar yang bergerak yang disebut displai
penomoran alpha (terdiri dari 35 titik), penomoran 7 segmen (untuk displai
nomor dlgital).
Karakteristik LED |
Panel
elecroluminacent adalah sumber cahaya datar yang cahayanya merupakan emisi
bahan-bahan dielektrik sehingga sumber cahaya ini dapat pula diikatakan sebagai
light emiting capacitor. Dasar pemikirannya, serbuk fluoresen dapat diaktifkan
oleh medan listik baik yang disebabkan oleh arus searah msupun arus bolak
balik.
0 Response to "Macam Jenis Lampu Listrik Dan Karakteristiknya"
Post a Comment