Faktor-faktor
ekonomi yang mempengaruhi aplikasi teknologi beton pracetak:
-
Faktor biaya
Yaitu biaya yang
dibutuhkan untuk mewujudkan rencana bangunan tersebut.
-
Faktor waktu
Yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pelaksanaan konstruksi bangunan sampai dengan
bangunan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan rencana penggunaannya.
-
Faktor mutu
Faktor Biaya
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomis
tidaknya aplikasi teknologi beton pracetak dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
-
Kebutuhan material
untuk seluruh bangunan.
-
Biaya produksi,
yang ditentukan oleh waktu pelaksanaan serta investasi peralatan yang
diperlukan.
-
Biaya yang
dibutuhkan untuk transportasi.
-
Biaya yang
dibutuhkan untuk pemas an gan.
-
Biaya untuk
penyelesaian.
Contoh pelaksanaan pembangunan gedung
dengan menggunakan dua metode, yaitu satu gedung dengan teknologi beton
pracetak sedangkan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional.
Perbandingan biaya yang dibutuhkan antara
kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Tabel dibawah ini.
Tabel perbandingan
biaya konstruksi antara teknologi beton pracetak dengan proses konstruksi
konvensional
Nature of expenses |
Precast box unit production |
Site | |||
---|---|---|---|---|---|
SEK | SEK/m2 | SEK | SEK/m2 | % | |
Material | |||||
In precast box unit |
3.098.506 | 1.299 | 3.315.401 | 1.390 | |
Other Material | 2.661.726 | 1.116 | 2.661.726 | 1.116 | |
Building worker’s wages |
|||||
In precast box unit |
829.188 | 348 | 1.111.112 | 466 | |
Other Wages | 1.941.600 | 814 | 1.914.600 | 814 | |
Sub-Contractor | |||||
2.812.980 | 1.179 | 3.198.358 | 1.341 | ||
Other sub-contractors |
2.291.000 | 961 | 2.291.000 | 961 | |
Site cost | |||||
1.570.000 | 658 | 1.870 | 784 | ||
Design Planning | |||||
1.280.000 | 537 | 1.280.000 | 537 | ||
Construction & design |
1.505.000 | 6.375 | 16.389.198 |
6.872 | 7,8 |
Municipal fees | 1.000 | 1.000 | |||
Land & Other proprietor costs |
800 | 800 | |||
Value added tax | 1.844 | 1.968 | |||
Credit cost | 283 | 678 | |||
Total production Costs |
10.302 | 11.318 | 9,9 |
Dalam tabel
tersebut diperlihatkan biaya total pelaksanaan dengan teknologi beton pracetak
adalah 10.302 sedangkan dengan metode site build membutuhkan biaya 11.318
sehingga didapatkan penghematan sebesar 9,90%.
Pada Gambar diperlihatkan diagram
perbandingan biaya pada beberapa sistem yang berbeda dalam satuan tiap meter
persegi lantai bangunan. Keuntungan penggunaan teknologi beton pracetak dapat
terlihat dengan jelas, yaitu biaya yang dibutuhkan setiap meter persegi lantai
bangunan yang lebih kecil daripada in-situ concrete system, terutama pada
bangunan tingkat tinggi.
Reduksi Jumlah Pekerja
Penerapan teknologi beton pracetak mampu
mereduksi jumlah tenaga kerja lebih dari 10%. Pengurangan ini khususnya terjadi
karena untuk memasang pelat lantai hanya membutuhkan satu tim yang terdiri atas
lima tenaga ahli dengan pendidikan minimum STM (harus mengerti dan memahami
sifat-sifat beton).
Dengan demikian terjadi pengurangan jumlah
pekerja, terutama tukang kayu untuk pekerjaan bekisting, tukang besi untuk
pekerjaan perbesian, tukang batu untuk pelaksanaan pengecoran pelat lantai.
sejumlah pekerja yang relatif banyak tersebut hanya digantikan oleh satu tim
pemasang yang minimum terdiri dari lima orang.
Reduksi Biaya Konstruksi
Penerapan teknologi beton pracetak mampu
mereduksi biaya konstruksi. Hal ini disebabkan oleh karena adanya reduksi
durasi konstruksi yang mengakibatkan terjadinya pengurangan biaya overhead
proyek, reduksi jumlah pekerja, reduksi kebutuhan bekisting (untuk menyatakan
besamya reduksi ditinjau dari pelat pracetak dan terhadap biaya struktur
total).
Pengurangan biaya konstruksi struktur total
tidak terlalu besar (umumnya berkisar antara 2% -10%), sedangkan penghematan
terhadap biaya struktur pelat mencapai di atas 15%. Besarnya reduksi biaya
konskuksi dalam suatu proyek dipengaruhi oleh berbaiai har, misarnya:
persentase penggunaan beton pracetak terhadap totar cost, ketinggian bangunan,
luas bangunan, dan lokasi proyek.
Tabel dibawah dapat digunakan untuk
menggambarkan hubungan antara penghematan biaya dengan luas rantai ataupun
jumrah ranlai. Secara rasional jika penggunaan pelat pracetak mampu mereduksi
biaya konstruksi maka semakin luas lantai bangunan berakibat semakin besar
reduksi biaya yang dihasilkan. Sedangkan semakin tinggi bangunan reduksi biaya
semakin kecil, hal ini disebabkan karena produktifitas pemasangan semakin
kecil.
Tabel
Perbandingan biaya proses konvensional dengan pracetakNama Proyek | Gedung IUC-ITB | Lab.Pentarikhan Geologi | Mesjid Raya Samarinda | Gedung PT.BEP |
---|---|---|---|---|
Luas lantai | 13.400 m2 | 3700 m2 | 1575 m2 | 1700 m2 |
Jumlah lantai | 8 lantai | 4 lantai | 2 lantai | 2 lantai |
Penghematan antara konvensional-pracetak | ||||
Terhadap struktur total | 5,99% | 5,38% | 1,52% | 9,32% |
Terhadap Pelat Pracetak | 14,92% | 18,9% | 18,9% | 12,01% |
Reduksi durasi konstruksi yang mencapai 25%
dibanding proses konvensional sangat berpengaruh terhadap biaya yang
dikeruarkan selama waktu reduksi tersebut. Biaya-biaya yang seharusnla
dikeluarkan adalah overhead proyek dan overhead tantor pusat.
Keuntungan yang lain adalah dalam reduksi
waktu tersebut kontraktor dapat memulai kegiatan proyek baru sehingga
menghasilkan profit yang baru. Lebih dari 10% jumlah pekerja rapangan dapat
dikurangi.
Hal ini berpengaruh terhadap pengeruaran
'biaya konstruksi teruiama upah tenaga kerja' Pengurangan pekerja hanya terjadi
untuk tukang dan pembantunya (tukang kayu, tukang besi, tukang batu) sedangkan
tenaga profesional jumlahnya sama seperti proses konstruksi kolnvensional.
Keuntungan lain yang dapat diambil adalah
berkurangnya faktor resiko kecelakaan kerja di lapangan (semakin sedikit jumlah
pekerja, maka semakin mudah dikendalikan).
Volume pekerjaan agar Tayak mengaplikasikan
teknologi beton pracetak aaadalah jika volume pekerjaan beton yang dilaksanakan
secara pracetak paling tidak adalah 2200 m3 dan jumlah tipe komponen tidak
lebih dari enam jenis.
Hal ini berdasarkan pertimbangan pengadaan
cetakan di mana biaya pengadaannya relatif mahal. Material cetakan yang
digunakan adalah besi karena hampir semua persyaratan sebagai bahan cetakan
dapat dipenuhi. Biaya ini akan mencapai titik impas jika digunakan untuk
produksi komponen beton pracetak dengan volume paling tidak 2200 m3.
Persentase Biaya Pemasangan dan Pengurangan Biaya
Bekisting
Biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan
pemasangan berkisar antara 10%o sampai dengan 25% terhadap nominal beton
pracetak. Sedangkan persentase pengurangan biaya untuk bekisting berkisar
antara 10% sampai dengan 25% terhadap nominal beton pracetak.
Hal ini dapat terjadi karena penggunaan
bekisting dalam pabrik sangat efisien (dapat digunakan berulang kali).
Sedangkan bekisting cara cast in-situ hanya mampu digunakan beberapa kali (ika
memungkinkan). Biaya bongkar pasang bekisting pada tempat yang berbeda akan
menambah biaya konstruksi secara keseluruhan.
Pengurangan kebutuhan bekisting akibat
tidak diperlukannya dalam pelaksanaan pekerjaan pelat lantai berkisar antara 10%-25%
dibanding proses konstruksi konvensional.
Faktor Waktu
Dari segi waktu pelaksanaan konstruksi,
penggunaan teknologi beton pracetak lebih singkat dibandingkan dengan
pelaksanaan konstruksi secara konvensional. Gambaran tahapan penggunaan
teknologi beton pracetak dibandingkan dengan proses konstruksi konvensional
dapat dilihat pada Gambar.
Perbandingan Tahapan konstruksi Antara Proses Konstruksi konvensional Dengan Penggunaan Teknologi Beton Pracetak |
Pada Gambar terlihat selisih waktu yang
didapatkan dari penggunaan beton pracetak. Meskipun demikian perlu diperhatikan
waktu yang dibutuhkan untuk pemasangan kolom, pemasangan balok, dan pemasangan
plat lantai.
Bila waktu pemasangan dari setiap item
pekeriaan tersebut dapat dimunculkan maka akan dapat diketahui dengan pasti
berapa banyak waktu yang dapat dihemat/dipercepat.
Satu pilot project dilaksanakan pada
pembangunan hotel dengan jumlah kamar sebanyak 40 buah. Dalam proyek ini
terdapat dua buah bangunan yang sama. Salah satu bangunan menggunakan teknologi
beton pracetak dan yang lain menggunakan proses konstruksi konvensional. Hasil
perbandingan dari kedua metode tersebut ditunjukkan dalam Gambar.
Dalam Tabel dibawah ini ditunjukkan
pelaksanaan dua bangunan yang hampir sama luasnya. Salah satunya menggunakan
teknologi beton pracetak dan yang lain menggunakan proses konstruksi
konvensional.
Dari proyek
tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
-
Dengan teknologi
beton pracetak, pemakaian tenaga kerja berkurang 40% dibandingkan dengan proses
konstruksi konvensional.
Teknologi | Luas Bangunan Per lantai | Waktu Konstruksi Per lantai (hari) | (%) |
---|---|---|---|
Konvensional | 54,4 | 11,3 | 100 |
Pracetak | 61 | 6,5 | 58 |
Reduksi Durasi Konstruksi
Berdasarkan hasil kajian di Indonesia
terlihat bahwa penerapan teknologi beton pracetak mampu mereduksi durasi
konstruksi sampai dengan 25Yo bila dibandingkan dengan proses konstruksi
konvensional.
Faktor yang berpengaruh terhadap reduksi
ini adalah faktor produksi dan instalasi komponen beton pracetak. Untuk
memproduksi pelat lantai (Hollow core slab) dengan lebar 120 cm dan panjang
lintasan 700 m dibutuhkan waktu 16 jam dengan jumlah pekerja 5 orang.
Setiap satu jam, satu orang mampu
memproduksi pelat HCS seluas:1,2 m x 700 m) / 16 jam /5 orang= 10,5 m2
(0,0952 jam/orang/m2). Untuk melakukan instalasi pelat lantai seluas
+ 150 m2 dibutuhkan waktu + 8 jam dengan 5 orang pekerja.
Dengan demikian setiap satu jam/satu orang
mampu memasang pelat lantai seluas: (150 m2/ 8 jam / 5 orang) = 3,75
m2 (0,2667 jam/orang/m2). Berat 1 m3 beton piacetak
antara 1,392 ton (1,4 ton) - 1,704 ton (=1,7 ton). Jika tebal pelat rata-rata
20 cm maka berat 1 m2 pelat adalah (0,2 x 1,7 ton) = 0,34 ton/m2.
Setiap hari mampu memasang seluas 150 m2,
sehingga berat komponen yang dapat dipasang adalah 150 m2 x 0,34
ton/m2 = 51 ton. Total waktu yang dibutuhkan untuk ppduksi dan pemasangan
komponen Hollow core slab (HCS) seluas 1 m2 adalah (0,0952 jam/orang/m2)
+ (0,2667 jam/ orang/m2) : 0,3619 jam/orang.
Faktor Mutu
Dalam industri manufaktur, masalah
pengendalian kualitas produk yang dihasilkan dapat terpantau dengan jelas.
Dengan metode statistik dan teknik pengendalian yang tepat akan dapat diperoleh
informasi dini tentang produk yang dihasilkan.
Jika terjadi penyimpangan kualitas dari
produk maka manajemen dengan segera dapat melakukan tindakan tertentu sehingga
kualitas produk dapat sesuai dengan standar yang disyaratkan. Produk yang
dihasilkan mempunyai akurasi dimensi yang tinggi sehingga dalam pelaksanaannya
di lapangan menjadi relatif lebih mudah serta mempunyai kenampakan yang lebih
baik.
Kelayakan dalam penerapan teknologi beton
pracetak harus dipandang dari berbagai aspek. Baik yang bersifat teknis maupun
ekonomis, keduanya harus dipenuhi. Tinjauan aspek ekonomis lebih ditentukan
oleh pencapaian tujuan utama dari proyek, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan
tepat waktu.
Kemudahan Pengendalian Waktu Dan Biaya
Penerapan teknologi beton pracetak
mempermudah pengendalian skedul pelaksanaan dan biaya konstruksi. Hal ini dapat
terjadi karena tingkat kepastian pemakaian komponen beton pracetak relatif
besar. Arti dari tingkat kepastian adalah kepastian dalam produksi, biaya,
mutu, dan waktu.
Dari sisi pengendalianlkoordinasi relatif
lebih mudah karena dalam satu paket pekerjaan proyek gedung yang terdiri dari
ratusan item pekerjaan dapat disederhanakan menjadi beberapa paket kecil
pekerjaan. Caranya adalah dengan men-subkontrak-kan pekerjaan tersebut kepada
pihak lain (spesialis).
Skedul pekerjaan suatu proyek konstruksi
biasanya terdiri dari master schedule dan partial schedule. Master schedule
adalah skedul yang berisi semua item pekerjaan dari proyek tetapi unit pekerjaan
yang tertera adalah satu paket pekerjaan yang relatif belum detil.
Untuk mengetahui skedul unit pekerjaan
tersebut dapat dilihat pada partial schedule di mana unit pekerjaan dalam
skedul ini lebih detil. Satu proyek konstruksi dapat memiliki sejumlah partial
schedule sehingga masing-masing harus selalu dievaluasi oleh pihak yang
bertanggung jawab.
Sistem skedul bertingkat ini relatif lebih
mudah pengendaliannya bagi seorang project manager. Penerapan beton pracetak
pada proyek konstruksi memungkinkan untuk men-subkontrak-kan pengadaan serta
pemasangan menjadi satu paket pekerjaan tersendiri.
Project manager hanya perlu melakukan
koordinasi terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam paket pekerjaan tersebut.
Dengan demikian pihak kontraktor utama juga mendapatkan keuntungan yang berupa
pengalihan risiko kepada pihak lain.
Dengan cara demikian kontraktor utama lebih
mudah mengendalikan biaya konstruksinya, karena biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan dan pemasangan pelat sudah tertentu.
Salah satu karakteristik proyek konstruksi
adalah penuh dengan "ketidak-pastian" sehingga dengan
mensubkontrak-kan kepada pihak lain yang memiliki kemampuan yang meyakinkan
maka faktor ketidak-pastian tersebut dapat dikurangi.
Pemilihan
sub-kontraktor harus benar-benar selektif. Jika kontraktor yang ditunjuk
temyata tidak mampu (qualified), hal itu dapat berakibat buruk bagi kontraktor
utama, baik secara teknis maupun ekonomis.
0 Response to "Perbandingan Pelaksanaan Konstruksi Beton Pracetak Dan Konvensional"
Post a Comment