Postingan
ini membahas susunan system drainase perkotaan. Ditujukan melengkapi referensi
yang umumnya lebih banyak memberikan pengetahuan tentang drainase dari sisi
hidraulik. Materi ini dibagi menjadi 2 yang sebelumnya sudah diposting terlebih
dahulu yaitu konstruksi penahan pasang dan arus balik.
Sebuah
sistem drainase perkotaan yang lengkap akan terdiri dari:
1) Saluran/parit drainase tersier
Berfungsi
sebagai parit-parit pengumpul yang langsung dari runoff lahan perkotaan serta
saluran/pipa buang dari penghasil limbah (rumah-rumah dan sebagainya).
Setiap
saluran/parit melayani areal seluas 50 sampai dengan maksimum 100 hektar saia
Pemeliharaan parit tersier menjadi tanggung jawab konrulnitas desa/kampung yang
dilayaninya.
Apabila
daerah layanan terlalu luas akan sulit mereka melakukan kerjasama untuk memel
ihara saluran tersebut.
2) Saluran sekunder
Saluran
sekunder menampung air dari beberapa saluran tersier di dekatnya untuk
dialirkan lebih jauh ke hilir (saluran induk drainase).
Sebuah
saluran sekunder direncanakan untuk melayani tidak lebih (maksimum) seluas 5000
hektar dan lebih baik kurang dari luasan tersebut.
Dengan
alasan sulitnya mendapatkan tanah di perkotaan serta padatnya perumahan dan
infrastruktur di dalamnya maka dengan membatasi luas areal yang dilayani, akan
dapat dibatasi luas tampang aliran dan panjang saluran.
Dengan
demikian biaya pembuatan, operasi dan pemeliharaan dapat disesuaikan dengan
dana tersedia.
3) Saluran induk drainase
Saluran
induk menampung air dari saluransal u ran sekonder dalam system yan g selanj
utnya dibuang ke dalam perairan bebas.
Sebuah
sistem drainase kota melayani kira-kira 20.000 ha luasan kota agar mudah
pembuatan jaringan & pengelolaannya.
Di
samping itu penyediaan lahan bagi sistem drainase perkotaan sangat terbatas.
4) Subsystem drainase
Untuk
melayani daerah perkotaan seluas 20.000 ha atau lebih dapat dibagi menjadi
beberapa system lain sesuai kebutuhan kondisi topografinya. Masing masing
system akan menjadi subsystem drainase kota tersebut.
-
Luas subsystem yang satu dengan lainnya
tidak perlu sama
- Batas masing-masing subsystem satu dengan
lainnya ditentukan secara praktis diurutkan berdasarkan batasan luasan daerah
layanan.
Sebagai batas antar subsystem dipakai
prasarana-prasarana kota seperti jalur-jalan, tanggul, alur drainase alam'
punggungan topografis dan lain-lain fitur topografis
- Untuk perkotaan dengan tata ruang yang rapi
penentuan subsystem dapat didasarkan pada peruntukan areal misalnya subsystem
daerah industri, subsystem daerah komersial, subsystem daerah pemukiman
tertentu, subsystem daerah terbuka hiiau sebagai daerah resapan dan lain lain.
Setiap subsistem dapat dibuat:
a) Berdiri
bebas dengan memiliki pintu pembuangan outfall masing-masing sehingga setiap
sub sistem akan mempunyai kebebasan beroperasi tidak terpengaruh satu dengan
lainnya.
b) Dapat
iuga dua atau lebih sub sistem tergabung dengan hanya mempunyai sebuah outfall
bersama. Pemisahan satu sub sistem dengan subsYstem lain berPedoman bahwa luas
daerah layanan setiap subsystem mencakup pating besar 20000 hektar Alasan dari
Pembatasan ini adalah:
c) Perlunya
suatu tingkat keamanan yang baik dari areal perkotaan yang dilayaninya. Dengan
membaginYa ke dalam unit-unit seluas kira-kira 20000 hektar dengan
masing-masing mempunyai sistem drainasenya sendiri, akan menjamin bila terjadi
suatu kegagalan atau gangguan pada sistem drainase dari satu subsystem, tidak
akan mempengaruhi subsystem lainnya.
d) Walaupun
lahan perkotaan itu relatip datar, tetapi pada luas Yang besar akan terdapat
Perbedaan elevasi tanah yang cukup berarti yang dapat mempengaruhi penentuan
muka air normal untuk masing-masing bagian lahan lahan perkotaan.
Muka
air normal adalah elevasi air pada suatu daerah (subsystem) drainase yang
dipertahankan/direncanakan agar subsistem drainase dapat berfungsi optimal
dalam memenuhi fungsi-fungsi nya.
Misalkan
areal perkotaan dibagi menjadi dua bagian dengan elevasi muka air yang berbeda
cukup besar, perlu ditentukan elevasi muka air normal masing-masing yang
berbeda:
Misalkan elevasi subsystem I lebih tinggi
dari elevasi subsystem Il.
Pada
kondisi ini penyelesaian dapat dilakukan sebagai berikut:
A. Bila
sub sistem I hamPir sama luas dengan subsystem ll, masing-masing akan mempunyai
sistem drainase sendiri yang lengkap dan bebas sehingga keamanan satu sama lain
tidak saling tergantung system ini mahal karena akan memerlukan biaya
pembuatan, operasi dan pemeliharaan dua buah system dengan bangunan pembuang
atau outfall masing-masing
B. System
ini baik dilaksanakan bila luas subsystem I jauh lebih sempit daripada
subsystem ll.
Pada
system ini air lebihan dari subsystem I akan dialirkan secara gravitasi ke
subsystem ll untuk kemudian bersama sama dengan air lebihan dari subsystem ll
dibuang ke luar.
C.
System ini dibuat apabila subsystem ll
lebih sempit dari subsystem I
Pada
system ini air lebihan dari subsystem ll diangkat dengan pompa untuk dimasukkan
ke dalam subsystem I. Kemudian air lebihan dari kedua bagian itu dibuang
bersama sama melewati satu outfall.
5)
Bangunan-bangunan drainase
-
Bangunan
pembuang
Bangunan
pembuang dari satu saluran ke dalam saluran yang leblh besar misalnya dari
saluran tersier ke dalam saluran sekonder, dari saluran sekonder ke dalam
saluran induk drainase.
Bangunan
ini umumnya berupa bukaan di ujung saluran saja dengan kapasitas aliran yang
ditentukan yang diperkuat di tepinya dengan penguat dinding dan dasar Bangunan
ini dapat difungsikan juga sebagai bangunan pembatas debit.
Bangunan
pembatas debit direncanakan mempunyai kapasitas rnaksirnum tertentu dalam
meneruskan aliran ke hilir, tujuannya adalah agar tidak seluruh aliran air
buangan dapat langsung menuju ke bagian hilir dan menimbulkan genangan tinggi
di tempat terendah sedangkan di hulunya tidak tirnbul genangan.
Jadi
genangan akan diratakan ke seluruh bagian lahan yang dilayani sistem drainase,
khususnya daerah rendah dan datar.
-
Bangunan
Pencegah arus balik
Sering
terjadi muka air dalam sebuah sal uran sekonder akan lebih rendah daripada muka
air dalam saluran induk drainasenya karena terjadi huian lebat pada suatu
bagian lain dari daerah layanan saluran induk drainase. Air akan mengalur balik
memasuki saluran sekonder tersebut.
Untuk
mencegahnya perlu dibuat sebuah bangunan berpintu pacla uiung saluran sekonder
yang dapat membuka dan menutup secara otomatis (klep).
-
Bangunan
penguat tebing atau dasar (revetment) saluran drainase
Bangunan
penguat tebing atau dasar (revetment) merupakan pelapisan permukaan tanah
tebing dan dasar alur drainase berupa konstruksi dinding dari pasangan batu,
pasangan bata, pasangan beton maupun beton bertulang.
Khusus
bagi pasangan beton dan beton bertulang biasanya berupa pelat-pelat pracetak
(precast) dengan lebar antara 1.00 sampai dengan 2.00 m untuk lebih mempercepat
pelaksanaan dan stabilitas terhadap muai susut.
Revetment
dapat dilakukuan dengan sekalian membentuk tampang lintang dengan membuat
seluruh alur dengan beton bertulang pracetak dengan penampang U dengan panjang
masing-masing profil 1.00 m agar tidak terlalu berat dan memudahkan
pemasangannya.
Disamping
untuk memperkuat dasar dan tebing terhadap erosi aliran, revetment dapat
digunakan memperkecil tampang aliran dengan membuat kecepatan yang diijinkan
menjadi lebih besar.
- Penyambung jalan masuk Alur drainase yang
dibuat di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan umum mengganggu jalan rnasuk ke
jalan/gang serta halamanhalaman di sepanjang alur tersebut.
Perlu
dibuatkan jalan masuk untuk menghubungkan halaman-halaman dan gang-gang
tersebut dengan jalan di depannya yang menyilang alur drainase tersebut.
Pembuatan
konstruksi penyambung jalan masuk itu disyaratkan tidak mengurangi penampang
lintang alur drainase maupun kecepatan alirannya, sehingga tidak dibenarkan
memasang gorong-gorong dan jembatan berpilar atau kepala jembatan yang
mempersempit lebar penampang aliran alur drainase.
Kalau
ini tidak diindahkan akan terjadi kehilangan enerji aliran waktu mengalir di
bawah tampang yang menyempit sehingga mengganggu kinerja drainase dan dapat
menimbulkan penyumbatan akibat sedimentasi dan sampah yang tersangkut.
-
Pelenyap
Energi
Salah
satu fungsi sistem drainase adalah menjadi salah satu prasarana mencegah erosi
dan gangguan stabilitas lereng pada daerah perbukitan dengan membuat sistem
drainase teknis dengan syarat tertentu yang akan mampu:
- Menghindari terjadinya runoff permukaan
semaksimal mungkin dengan mengarahkannya ke dalam saluran drainase (tersier)
terdekat
- Membatasi kecepatan aliran dalam sistem
drainase tidak melebihi kecepatan kritis tanah saluran.
Kalau
dasar aliran terlalu curam dan menimbulkan kecepatan aliran yang terlalu besar
dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
1)
Penjenjangan aliran dengan membuat saluran
berjenjang (cascade):
Aliran
akan dibuat melewati alur drainase menuruni lereng curam dengan dibuat
berjenjang sehingga kecepatan alirannya menjadi cukup kecil dan tidak
menimbulkan erosi pada dasar dan lereng saluran.
2) Membuat
bangunan_bangunan terjun dan kolam penenang sebagai pulenyap enerji (drop
structure).
Apabila
jenjang_jenjang cukup tinggi karena tajamnya lereng aliran, di bawah masing-masing
jenjang/anak tangga aliran dibuat terjunan dan kolam penenang (drop structure)
untuk melenyapkan enerji gerus karena jatuhnya/terjunnya air misalnya membuat
kolam dengan lebar (L) dan ke dalaman yang cukup di bawah terjunan dengan revetment
untuk meredam energi terjunan tersebut.
3) Membuat
Parit deras (chute) Parit deras dibuat sebagai alternatif saluran cascade pada
lereng sangat curam' Parit deras dilapisi pasangan batu atau beton bertulang
agar dapat menahan kecepatan yang besar (untuk pasangan batu +/- s/d 2,5 m/dt.
Lapisan
beton bertulang 3,5 m/dt atau lebih Bagi parit deras dengan lereng yang sangat
curam, untuk memperkecil enerji dan kecepatan aliran serta daya Serusnya' pada
dasar parit deras dipasangi blok-blok kontrol (baffle blocks) sebagai peredam
enerii tersebut (energy disssipator).
4)
Pintu pembuang utama (outfall)
Outfall
atau bangunan pembuang utama ini dapat berupa:
Bangunan
outfall terbuka
Outfall
terbuka hanya berupa bukaan di ujung saluran drainase utama yang
menghubungkannya dengan perairan bebas.
Bukaan
ini diberi revetment pada kedua tebing maupun dasarnya untuk menjaga stabilitas
bentuk dan dimensinya terhadap erosi dan pengendapan.
Outfall
berpintu
Apabila muka air di dalam Perairan bebas
dapat berfluktuasi merrjadi lebih tinggi daripada muka air di dalam saluran
induk karena:
-
Terjadi banjir (pada perairan bebas berupa
sungai dan danau)
- Terjadi pasang naik Yang menyusup ke dalam
saluran Pembuang primer (pada Peairan bebas beruPa muara sungai/tide reach/alur
Pasang surut dan laut) Yang disebut rob.
Pembuangan
air dari saluran induk drainase ke dalam perairan bebas dapat terhambat karena
terjadi arus balik/backwater dari perairan bebas ke dalam saluran drainase
primer pada saat terjadi peninggian (rnaksimum) permukaan air di dalanr
perairan bebas oleh efek pembendungan yang terjadi.
Hal ini akan berakibat:
- Terjadi luapan ke luar alur drairrase
primer dan sekonder yang dapat mengakibatkan banjir di sekitarnya (banjir rob).
- Terjadi penyusupan air laut ke dalam sistem
drainase dan air tanah di sekitarnya sehingga menimbulkan pencemaran terhadap
air tanah yang masih banyak dimanfaatkan sebagai sumber air.
Untuk
mencegah backwater seperti diuraikan di atas, pada bukaan outfall dapat
dipasang konstruksi pintu. Pada daerah pantai konstruksi demikian disebut
konstruksi penahan pasang (pintu penahan pasang atau arus balik).
Konstruksi
penahan pasang dan arus balik sebaiknya harus dapat bekerja otomatik maupun
dioperasikan secara man ual dalam membuang air ke hilir.
Alasannya adalah:
- Dengan kemungkinan pengoperasian manual
akan ada petugas operator yang selalu bekerja setiap saat, khususnya pada
waktu-waktu terjadi backwater dan pada musim banjir. Petugas ini akan selalu
siaga untuk mengoperasikannya jika terjadi kegagatan tenaga listrik dan atau
mesin penggerak otornatiknya.
Di
samping itu dengan kehadiran mereka akan selalu terdeteksi kebutuhan
pemeliharaan, kerusakan, gangguan teknis dan lain-lainnya sehingga dapat segera
diatasi.
Petugas-petugas
tersebut dapat tersebut melakukan pencatatan data hidrologi seperti curah hujan
ketinggian nnuka air sungai dan debit banjir secara berkesinambungan, gangguan
teknis yang terjadi dan melakukan pembersihan sampah-sampah yang mengganggu
aliran dan operasi pintu.
- Pintu penahan pasang dan arus balik dapat
bekerja secara otomatik, rnemLruka untuk mengalirkan air buangan ke hilir dan
menutup jika elevasi muka air di hilir lehrih tinggi daripada di hulunya.
Dengan
sensor pemindai muka air ditentukan prosedur buka tutup secara otomatik dengan
mesin-mesin listrik.
- Debit saluran primer terutama ditentukan
oleh curah hujan yang fluktuatif besarnya. Demikian juga sungai sebagai
perairan bebas mempunyai debit yang sangat fluktuatif. Terjad i nya debit-debit
di atas tidak berinterval teratur.
Walaupun
dalam hal perairan bebasnya laut dengan interval kejadian pasang naik teratur
(12 jam atau 24 jam sekali) tetapi tetap saja fluktuasi muka air dalarn saluran
tidak menentu kapan terjadi dan besarnya.
Otomatisasi
operasi pintu-pintu penahan pasang dapat mengakomodasi ketidak teraturan tersebut
dan bereaksi dengan cepat.
0 Response to "Susunan Sistem Drainase Kota"
Post a Comment