Meskipun teknologi beton pracetak telah
berkembang dan sudah lama digunakan, khususnya di Indonesia, efektivitas
aplikasi tersebut masih perlu dikaji dengan seksama. Kajian tersebut perlu
dilakukan untuk mengetahui dengan benar aatas manfaat dan keuntungan dari
aplikasi beton pracetak bagi industri konstruksi di Indonesia.
Berbagai faktor harus ditinjau dengan
cermat agar dapat diyakinkan keuntungan yang akan diperoleh, yang antara lain
adalah perencanaan, sistem struktur, sumberdaya manusia, produksi, transportasi.
pemasangan, connection, dan perbaikan. Teknologi beton pracetak layak digunakan
jika permasalahan yang ditimbulkan dari semua faktor tersebut di atas dapat
diatasi/diselesaikan.
Faktor Perencanaan
Perencanaan struktur dengan teknologi beton
pracetak dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah perencanaan yang
dilaksanakan oleh arsitek.
Tahap yang kedua, perencanaan dilakukan
oleh konstruktor/ahli struktur. Tahap yang ketiga perencanaan dilakukan oleh
produsen/instalator, yang ditekankan pada kemudahan pelaksanaan di lapangan.
Struktur organisasi dari tim proyek sangat
menentukan keberhasilan pengaplikasian teknologi beton pracetak. Koordinasi
dari pemilik proyek (owner), arsitek, ahli struktur, dan juga dari disiplin
ilmu yang lain, merupakan hal yang penting sehingga dibutuhkan kesinambungan
informasi pada setiap tahap pelaksanaan.
Teknologi pracetak adalah metode
pelaksanaan pembangunan dengan memanfaatkan material atau komponen pabrikasi
yang dibuat di luar lokasi proyek atau di dalam lokasi proyek namun perlu
disatukan lebih dahulu antar komponennya (erection) pada tempat yang
seharusnya/ posisi dari komponen tersebut.
Beberapa pengertian sistem ini dapat
didefinisikan berdasarkan tingkatan metode pelaksanaan pembangunan, yaitu:
-
Prefabrication
Merupakan proses pabrikasi yang dilaksanakan dengan
menggunakan alat-alat khusus di mana berbagai jenis material disatukan sehingga
membentuk bagian dari sebuah bangunan.
-
Preassembly
yaitu proses penyatuan komponen prafabrikasi di tempat
yang tidak pada posisi komponen tersebut berada.
-
Module
Merupakan hasil dari proses penyatuan komponen
prafabrikasi, biasanya membutuhkan mode transportasi yang cukup besar untuk
memindahkannya ke posisi yang seharusnya.
Metode pelaksanaan pembangunan teknologi
pracetak dimungkinkan untuk diterapkan pada berbagai jenis proyek konstruksi,
seperti jembatan, bangunan industri, perumahan, pelabuhan, dan lain sebagainya.
Berbagai pihak yang terlibat dalam
penerapan sistem ini adalah pabrikan, kepala proyek, arsitek, konstruktor,
instalator, kontraktor, dan konsultan.
Proses Penerapan Teknologi Pracetak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi
yang menerapkan teknologi pracetak akan mengikuti urutan kegiatan sebagai
berikut:
(1) Planning
(2) Design and
engineering
(3) Procurement
(4) Fabrication
(5) Transportation, handling and erection.
Dari kelima kegiatan tersebut planning
adalah proses yang perlu mendapatkan perhatian. Hal ini karena aspek yang harus
dipertimbangkan lebih banyak dan lebih kompleks bila dibandingkan dengan metode
konvensional.
Dibandingkan dengan metode konvensional,
penerapan teknologi pracetak membutuhkan interaksi positif antarkegiatan.
Teknologi pracetak akan mengubah hubungan antarkegiatan yang semula tidak
saling bergantung (metode konvensional) menjadi saling bergantung.
Seperti pada pelaksanaan elemen struktural
bangunan gedung yang biasanya dilaksanakan secara berturutan sangat
memungkinkan dapat dilaksanakan secara paralel (fabrikasi, pelaksanaan di
lokasi).
Rencana dari beberapa kegiatan dapat
dilaksanakan lebih awal, misalnya: mengurus ijin untuk keperluan transportasi,
handling, erection.
Perbedaan penerapan teknologi pracetak
dengan konvensional ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.
Ketergantungan Antarpihak Pada Penerapan Sistem Konvensional |
|
Planning
Tahap perencanaan dalam penerapan teknologi
pracetak merupakan kegiatan kritis. Hal ini karena pada tahap ini harus
mempertimbangkan, memprakirakan, dan mengendalikan berbagai proses kegiatan.
Perencanaan ini diawali dengan tahap
konseptual sampai dengan selesainya pelaksanaan pekerjaan. Perencanaan merupakan
tahap kegiatan kritis yang lebih disebabkan karena teknologi pracetak ini tidak
mudah disesuaikan dengan perubahan yang terjadi sewaktu-waktu.
Hal ini bukan berarti bahwa penerapan
teknologi pracetak ini tidak dimungkinkan untuk diubah, hanya saja tingkat
fleksibilitas terhadap perubahan tidak seleluasa jika menggunakan sistem
konvensional.
Berdasarkan penelitian (Ervianto, 1997)
keterlambatan proyek sering terjadi karena adanya perubahan disain. Hampir
semua proyek konstruksi mengalami perubahan dari disain awal yang mengacu pada
gambar rencana.
Oleh karenanya disain dari komponen modular
harus disetujui lebih dahulu untuk menghindari perubahan yang mungkin dapat
menyebabkan meningkatnya biaya proyek dan keterlambatan pelaksana-an pekerjaan.
Tingkat fleksibilitas yang rendah pada
proses fabrikasi dan assembly dari modul mengharuskan untuk dilaksanakan sesuai
dengan spesifikasi untuk menghindari terjadinya biaya keterlambatan.
Tahap planning
dapat dibedakan menjadi beberapa sub-kegiatan, yaitu:
(1) Pengendalian
proyek
(2) Perencanaan
modul
(3) Pengadaan
(4) Transportasi,
dan
(5) Perencanaan lokasi proyek.
Pengendalian Proyek
Proses pengendalian sudah seharusnya
dilakukan secara kontinu sepanjang proses pelaksanaan berlangsung. Hal-hal yang
tercakup dalam proses ini dimulai dari perencanaan anggaran biaya awal sampai
dengan pembiayaan proyek secara keseluruhan.
Dalam teknologi pracetak, perencanaan yang
kurang sempurna dapat menjadi penyebab hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan
aspek keunggulannya.
Teknologi pracetak membutuhkan biaya awal
yang lebih besar bila dibandingkan dengan sistem konvensional, sehingga risiko
yang harus ditanggung oleh owner dan kontraktor juga menjadi lebih besar.
Dua ha1 penting dalam proses pengendalian
proyek adalah pengendalian biaya dan waktu.
Pengendalian Biaya Manajemen proyek adalah
pihak yang mengendalikan semua aspek pembiayaan dalam proyek konstruksi.
Biaya pembuatan modul dalam teknologi
pracetak kadang-kadang lebih besar dibandingkan dengan sistem konvensional, namun
secara keseluruhan pembiayaan proyek (total cost) mampu direduksi.
Biaya pembuatan komponen beton pracetak
yang berupa modul melalui proses fabrikasi (memungkinkan melalui proses
kimiawi) seperti tampak dalam Tabel berikut ini.
Manajemen | |
---|---|
Manajemen proyek | Biaya meningkat untuk pracetak |
Jaminan kualitas | Biaya tereduksi untuk pracetak |
Proses pengadaan | Biaya sama untuk kedua metode |
Perencanaan | |
Proyek | Biaya meningkat untuk pracetak |
Proses | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Piping & layaout | Biaya meningkat untuk pracetak |
Peralatan dan elektikal | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Sipil | Biaya cukup tereduksi untuk pracetak |
Struktur dan pemodelan | Biaya meningkat untuk pracetak |
Biaya tak langsung | |
Expenses | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Asuransi | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Pajak | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Beton | |
Beton struktur bawah | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Beton struktur atas | Biaya terduksi untuk pracetak |
Fondasi untuk alat | Biaya turun signifikan untuk pracetak |
Bangunan struktur dan arsitektural | |
Struktur baja | Biaya meningkat untuk pracetak |
Pekerjaan baja lainnya | Biaya turun signifikan untuk pracetak |
Transportasi, hadling, dan erection | |
Perencanaan | Biaya meningkat untuk pracetak |
Pekerjaan tanah | |
Pekerjaan tanah | Biaya sama untuk ke 2 metode |
Pengendalian Waktu Pengendalian
jadwal/skedul kegiatan dalam proyek konstruksi merupakan salah satu aspek untuk
mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan proyek.
Pada kondisi tertentu, hubungan antara
waktu dan biaya pelaksanaan kegiatan adalah bahwa bila pelaksanaan kegiatan
dapat dipercepat maka sangat dimungkinkan untuk mengurangi biaya pelaksanaan.
Namun bila waktunya semakin singkat
melebihi batas optimum maka biaya yang diperlukan menjadi semakin besar. Jadwal
skedul kegiatan dalam proyek yang menerapkan teknologi pracetak berbeda dengan
sistem konvensional. Hal ini karena adanya perbedaan model ketergantungan antar
pihak.
Perencanaan Modul
Pada tahap konseptual/perencanaan dilakukan
kajian tentang pemilihan ukuran, material, dan berat setiap modul. Bolt (1982)
menyatakan bahwa tahap penentuan ukuran/dimensi dan berat maksimum setiap modul
yang masih memungkinkan untuk dipindahkan dari lokasi pembuatan ke lokasi
proyek atau menempatkan modul pada posisinya, berdasarkan pertimbangan praktis
dan ekonomis.
Tahap konseptual/perencanaan sedikit banyak
tergantung pada jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan di lapangan.
Misalnya, tahap konseptual/perencanaan berkaitan erat dengan kegiatan
transportasi. Artinya bahwa pada saat proses penentuan modul harus sudah mempertimbangkan
ketersediaan jenis dan kapasitas peralatan yang akan digunakan untuk
mentransportasikan modul ke lokasi proyek dan juga untuk proses erection.
Meskipun dimensi setiap modul dan cara
mentransportasikannya bervariasi di setiap proyek, untuk pencapaian efisiensi
biaya juga harus mempertimbangkan keduanya agar keunggulan sistem ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
Berat setiap modul dan peralatan yang
tersedia juga berhubungan erat, artinya bahwa perencanaan modul yang mempunyai
berat berlebih dibandingkan kemampuan alat yang tersedia akan menyebabkan
terjadinya kesulitan dalam pelaksanaannya.
Faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan
pada tahap konseptual/perencanaan adalah:
1) Faktor Transportasi
Transportasi, pengikatan komponen pracetak,
ketepatan dimensi komponen pracetak; ukuran dan berat komponen pracetak, perlindungan
dalam pengangkutan, titik berat komponen pracetak.
2) Faktor lain
perlindungan terhadap karat, konsep rangka
yang akan digunakan, persyaratan perencanaan (mis. gempa, pengangkutan),
penyimpanan komponen pracetak, sistem tie-ins dan interfaces, fondasi untuk
rangka komponen pracetak, persyaratan pabrikasi.
Pengadaan
Penerapan teknologi
pracetak dalam proyek konstruksi khususnya dalam hal pengadaan material dan
jasa mencakup hal-hal sebagai berikut:
(l) Design
engineering
(2) Pabrlkasi
(3) Transportasi, handling dan erection.
1) Pengadaan Design
Engineering
Jenis kegiatan yang termasuk dalan, tahap
ini adalah melakukan identifikasi jenis pelayanan jasa yang dibutuhkan dan
persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan pemilihan konsultan perencana.
Kegiatan ini terjadi di awal proyek.
Kemampuan dan pelayanan konsultan yang diberikan juga berbeda antara teknologi
pracetak dengan sistem konvensional. Konsultan dalam teknologi pracetak
mempunyai cakupan pemikiran lebih kompleks dalam kemampuannya.
Hal ini disebabkan oleh pertimbangan dan
pemikiran yang harus terintegrasi dalam proses secara keseluruhan, yaitu:
perencanaan, pabrikasi, transportasi, koneksi, ketersediaan peralatan, dan
faktor lainnya.
Secara umum konsultan harus mempunyai
kemampuan lebih dan pengalaman dalam bidang teknologi pracetak. Pemahaman
jenis, urutan kegiatan, dan keterkaitan antarkegiatan juga merupakan aspek yang
patut dipertimbangkan apabila akan menerapkan teknologi pracetak.
2) Pengadaan Produsen
Kegiatan ini
dilakukan di awal proyek yang mencakup:
(1) Prakualifikasi
kontraktor dan penyedia peralatan
(2) Jumlah
kontraktor dan produsen yang mempunyai kemampuan dalam teknologi pracetak
(3) Pemilihan kontraktor dan produsen.
Untuk mendapatkan jasa layanan yang memadai
perlu dilakukan prakualifikasi kontraktor guna melaksanakan pembangunan
berbasis teknologi pracetak penting dilakukan.
Jumlah konraktor dan produsen merupakan
faktor kritis dalam menerapkan sistem ini. Semakin banyak pihak yang terlibat
di dalamnya maka dibutuhkan koordinasi yang semakin baik.
Dibanding dengan metode konvensional,
memilih kontraktor dan produsen menjadi hal yang penting demi kelancaran
pekerjaan guna mencapai tujuan pengadaan proyek.
3) Pengadaan Sarana
Transportasi
Handling dan Erection Pengadaan sarana
transportasi, handling dan erection pada teknologi pracetak sudah seharusnya
dilakukan di awal proyek. Hal ini berkaitan dengan dimensi dan berat dari
masing-masing modul yang telah direncanakan.
Sebaiknya pengadaan sarana transportasi,
handling dan erection dilakukan oleh kontraktor atau pabrikator dengan maksud
pengendalian jadwal dan tanggung jawab yang lebih jelas.
4) Transportasi
Pemindahan modul-modul pracetak merupakan
kegiatan yang mernbutuhkan peralatan yang spesifik dan memadai. Tahap
perencanaan transportasi harus mempertimbangkan jalur transportasi yang akan
dilewati, metode pemindahan, dan peralatan yang dibutuhkan.
5) Perencanaan Lokasi
Proyek
Perencanaan
kegiatan di lokasi proyek harus disesuaikan dengan akses jalan masuk dan
fasilitas yang tersedia. Pelaksanaan fondasi dan jalan masuk ke lokasi proyek
sebaiknya dilakukan di awal pelaksanaan proyek untuk menghindari kemungkinan
terjadinya keterlambatan.
0 Response to "Perencanaan Struktur Menggunakan Teknologi Beton Pracetak"
Post a Comment