Sebenarnya beton pracetak tidak berbeda
dengan beton biasa. Yang menjadikannya berbeda adalah metode pabrikasinya. Pada
umumnya penggunaan beton pracetak dianggap lebih ekonomis dibandingkan dengan
pengecoran di tempat dengan alasan mengurangi biaya pemakaian bekisting,
mereduksi biaya upah pekerja karena jumlah pekerja relatif lebih sedikit,
mereduksi durasi pelaksanaan proyek sehingga overhead yang dikeluarkan menjadi
lebih kecil.
Selain itu, bekerja di permukaan tanah jauh
lebih mudah dan lebih aman untuk dilakukan, seperti persiapan cetakan,
pengecoran, perapian permukaan, perawatan dan penggunaan bekisting yang dapat
berulang kali.
Sampai saat ini pro dan kontra penggunaan
beton pracetak masih berlangsung. Masing-masing pihak pendukung ataupun
penentang metode ini mempunyai argumen sendiri.
Pengertian Pracetak
Pracetak dapat diartikan sebagai suatu
proses produksi elemen struktur/arsitektural bangunan pada suatu tempat/lokasi
yang berbeda dengan tempat/lokasi di mana elemen struktur/arsitektural tersebut
akan digunakan.
Teknologi pracetak ini dapat diterapkan
pada berbagai jenis material, yang salah satunya adalah material beton.
Beton pracetak sebenarnya tidak berbeda
dengan beton yang sering dijumpai dalam bangunan pada umumnya.
Yang membedakan hanyalah proses
produksinya. Beton pracetak dihasilkan dari proses produksi di mana lokasi
pembuatannya berbeda dengan lokasi di mana elemen akan digunakan.
Lawan dari pracetak adalah beton cor di
tempat atau cast-in place, di mana proses produksinya berlangsung di tempat
elemen tersebut akan ditempatkan.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton
pracetak mempunyai beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut:
-
Kecepatan dalam
pelaksanaan pembangunannya.
-
Dicapainya tingkat
fleksibilitas dalam proses perancangannya
-
Pekerjaan di lokasi
proyek menjadi lebih sederhana.
-
Pihak yang
bertanggung jawab lebih sedikit.
- Mempunyai aspek
positif terhadap skedul, terutama kemudahan di dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian biaya serta jadwal pekerjaan.
-
Jumlah pekerja
kantor proyek lebih sedikit. Demikian juga tenaga lapangan yang dibutuhkan
untuk setiap unit komponen yang lebih kecil karena pekerjaan dapat dilaksanakan
secara seri.
-
Menggunakan tenaga
buruh kasar sehingga upah relatif lebih murah.
- Waktu konstruksi
yang relatif lebih singkat karena pekerja lapangan (di lokasi proyek) hanya
mengerjakan cast in-situ dan kemudian menggabungkan dengan komponen-komponen
beton pracetak.
-
Aspek kualitas, di
mana beton dengan mutu prima dapat lebih mudah dihassilkan di lingkungan
pabrik.
-
Produksinya hampir
tidak terpengaruh oleh cuaca.
- Biaya yang
dialokasikan untuk supervisi relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan durasi
proyek yang iebih singkat.
- Kontinuitas proses
konstruksi dapat terjaga sehingga perencanaan kegiatan dapat lebih akurat.
-
Mampu mereduksi
biaya konstruksi.
-
Dapat dihasilkan
bangunan dengan akurasi dimensi dan mutu yang lebih baik.
Dibandingkan cast in place, teknologi beton
pracetak mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
-
Kerusakan yang
mungkin timbul selama proses transportasi.
- Dibutuhkan
peralatan lapangan dengan kapasitas angkat yang cukup untuk mengangkat komponen
konstruksi dan menempatkannya pada posisi tertentu.
-
Biaya tambahan yang
dibutuhkan untuk proses transportasi.
- Munculnya
permasalahan teknis dan biaya yang dibutuhkan untuk menyatukan
komponen-komponen beton pracetak.
-
Diperlukan gudang
yang luas dan fasilitas curing.
-
Diperlukan
perencanaan yang detil pada bagian sambungan.
-
Diperlukan lapangan
yang luas untuk produksi dalam jumlah yang besar.
Dengan kondisi yang demikian maka tidak
mudah untuk menentukan mana yang lebih ekonomis, menggunakan proses konstruksi
tradisional atau menggunakan teknologi beton pracetak.
Ditinjau dari pengalokasian dana dalam
suatu proyek, distribusi biaya proyek sipil dan gedung dapat diperkirakan
sebagai berikut:
-
6% - 8% untuk biaya
kantor pusat
-
65%-70% biaya
konstruksi
-
10%-15%, biaya
mekanikal
-
10%-15% biaya
listrik
-
10%-15% biaya
kontingensi.
Berdasarkan alokasi biaya dapat ditunjukkan
bahwa distribusi pemakaian biaya yang terbesar adalah anggaran untuk konstruksi
bangunan. Oleh sebab itu apabila ingin mereduksi biaya proyek maka harus
dilakukan evaluasi pada bagian konstruksi.
Salah satu metode yang mampu mereduksi
pemakaian biaya konstruksi adalah dengan mengaplikasikan teknologi beton
pracetak. Penghematan biaya dari penggunaan teknologi beton pracetak diperoleh
dari hal-hal sebagai berikut:
- Upah tenaga pabrik
yang relatif lebih murah dibanding upah tenaga lapangan (produktivitas di
pabrik lebih konsisten).
-
Pemakaian bekisting
yang lebih hemat.
-
Pemakaian bekisting
yang relatif lebih sedikit.
-
Waktu penyelesaian
proyek yang lebih cepat.
- Produktivitas yang
lebih besar dari pekerja karena sebagian besar bekerja di permukaan tanah.
-
Tidak terpengaruh
cuaca.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemakaian beton pracetak akan mengurangi biaya pada
pos konstruksi.
Berdasarkan luasan dari produk yang
dihasilkan dari suatu proses produksi, elemen beton pracetak dapat
dikelompokkan menjadi:
-
Produk kecil.
Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan elemen beton
pracetak yang tidak lebih besar dari 2 m2, seperti kanstin, paving, bantalan
rel, dan lain sebagainya.
-
Produk besar.
Kelompok ini dibedakan berdasarkan luasan
elemen beton pracetak yang lebih besar atau sama dengan 2 m2, misalnya panel
penutup dinding (cladding), plat lantai, plat atap, dan lain sebagainya.
Selain pengelompokan tersebut di atas,
pengelompokan dapat pula didasarkan pada berat dari elemen beton pracetak,
yaitu:
-
Ringan
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
elemen beton pracetak yang beratnya tidak lebih dari 30 kg atau elemen yang
dapat diinstalasi oleh satu orang, misalnya paving.
-
Medium
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
elemen beton pracetak yang mempunyai berat sampai dengan 500 kg atau elemen
yang dapat ditransportasikan dengan menggunakan peralatan mekanis sederhana.
-
Berat.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
produk yang mempunyai berat lebih besar dari 500 kg dan diperlukan alat berat
untuk memindahkannya.
Berdasarkan bentuk elemen, struktur dapat
dikelompokkan menjadi blok, panel, balok, dan kolom. Blok adalah unit plat dengan
proporsi b > 3h dan I < 6h. Panel adalah unit plat dengan proporsi b >
3h dan I > 6h. Sedangkan balok dan kolom memiliki proporsi b < 3h dan I
> 6h.
Blok, panel, kolom, dan balok digolongkan
dalam elemen struktur monoplanar. Beton pracetak juga dapat diproduksi dalam
dua dimensi atau tiga dimensi.
Elemen box units yang mempunyai dimensi
sebesar ukuran sebuah ruang pada umumnya (ruang tidur, ruang makan, ruang
tamu). Proyek yang menggunakan box units sebagai elemen struktur dituntut untuk
menyediakan peralatan berat (kapasitas angkat besar) untuk keperluan erection,
namun penggunaan elemen ini dapat mereduksi durasi kegiatan proyek secara
mengejutkan.
Dengan penggunaan
box units dimungkinkan penggunaan material komposit, misalnya penggunaan
aluminium sebagai rangka jendela, sehingga pihak pelaksana tinggal memasang
ornamen sebagai bahan finishing.
0 Response to "Pengertian Beton Pracetak Dan Cor"
Post a Comment