Perhitungan
konstruksi harus dilakukan secara keilmuan/ keahlian dengan teliti, dan
didasarkan atas keadaan yang paling tidak menguntungkan konstruksi, mengenai
pembebanan, gaya-gaya yang bekerja dan tegangantegangan yang terjadi pada
konstruksi.
Beban-beban
yang perlu diperhatikan ialah beban-beban mati termasuk beban tetap dan berat
sendiri, beban-beban berguna, tekanan angin, gayagaya gempa bumi dan juga
tekanan air, tekanan tanah, getaran-getaran dan tumbukan-tumbukan yang mungkin
timbul.
Untuk
konstruksi-konstruksi sederhana yang bukan konstruksi beton atau baja, atas
pertimbangan kepala Bagian Teknik tidak disyaratkan adanya perhitu ngan-
perhitungan konstruksi.
Konstruksi
Atap
Secara
umum konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan-perhitungan yang teliti
dan dapat dipertanggungjawabkan, kecuali untuk konstruksi atap yang sederhana,
tidak disyaratkan adanya perhitungan-perhitungan.
Bentuk
atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksi beton
bertulang dan bidang atap yang miring dari genteng, sirap, seng gelombang atau
asbes semen gelombang.
Atap
yang rata datar, tidak memiliki ruang udara penyekat panas, sinar matahari yang
terus menyinari atap membuat ruang di bawah atap terasa panas.
Untuk
mengurangi panas, maka sebaiknya letak langit-langit agak diturunkan, sehingga
antara langit-langit dan atap beton membentuk ruang udara penyekat panas.
Pada
bidang atap yang miring mendaki, paling banyak menggunakan penutup genteng,
karena cukup awet dan murah meskipun genteng dapat diresapi air dan kotoran,
sehingga warnanya cepat berubah menjadi hitam.
Penutup
atap genteng susunannya tidak dapat rapat sekali, maka air dan debu dapat
merembes masuk, terutama waktu hujan disertai angin, untuk menghindari masuknya
air hujan terhembus angin, maka kemiringan atap genteng dibuat cukup curam,
yaitu sudutnya antara 35-60 derajat sehingga air hujan dapat cepat mengalir ke
bawah.
Penutup
atap dari sirap atau asbes semen gelombang, selain lebih ringan, juga
susunannya lebih rapat dan rata, maka air hujan tak mudah merembes meskipun
dihembus angin, sehingga kemiringan atap sirap atau asbes semen gelombang dapat
kurang dari 35 derajat, sudut terlandai dapat 5 derajat, tetapi sebaiknya sudut
kemiringannya di antara 15 sampai 90 derajat, sudut tegak 90 derajat biasa
digunakan untuk list plank penutup sisi.
Karena
rapatnya penutup atap dari seng gelombang atau asbes semen gelombang, maka
tekanan angin pada muka atap ini lebih besar dibanding atap genteng, sehingga
atap seng gelombang atau asbes semen gelombang sebaiknya dibuat dengan sudut
miring yang kecll (landai), dan terutama digunakan untuk pembuatan penutup atap
bangunan-bangunan besar dengan muka bidang atap yang luas dan terletak di
daerah yang banyak angin, misalnya untuk pabrik-pabrik atau gudang-gudang di
lapangan luas, hanggarhanggar pesawat di lapangan terbang dan gudang-gudang di
pelabuhan laut.
Bentuk
dari bidang atap yang miring ada beberapa macam, tetapi yang biasa digunakan
untuk perumahan ialah:
a)
Bentuk atap joglo, yang mencerminkan bentuk
bangunan Jawa klasik.
b)
Bentuk atap pelana atau zadeldak, karena
konstruksinya yang sederhana, maka banyak digunakan pada perumahan umum (public
housing).
c)
Bentuk atap limasan atau Schilddak,
bentuknya lebih rajin, sehingga banyak digunakan untuk perumahan baru yang
modern.
d)
Bentuk atap sengkuap atau sisir pisang
(lessenaardak), biasa untuk membuat ruangan kecil di sisi tembok yang tinggi,
dan digunakan sebagai rumah samping.
e) Bentuk
atap gerigi gergaji atau zaagdak, terutama digunakan untuk pabrik-pabrik,
dengan gerigi diarahkan ke selatan, agar dapat menerima cahaya penerangan dan
menghindarkan masuknya panas sinar matahari.
Seluruh
berat atap dipikul oleh kuda-kuda, melalui konstruksi yang tersusun dari
reng-reng, usuk-usuk (kasau-kasau) dan gording-gording. Pada tembok, untuk
meratakan tekanan usuk dan mengikat kedudukan usuk, maka pada muka atas tembok
dipasangkan balok tembok/blandar (muurplaat).
Ukuran
kayu yang umum digunakan ialah:
a)
Reng, ukuran 2 x 3 cm, jarak pemasangannya
disesuaikan dengan besar kecil genteng atau sirap yang digunakan.
b)
Usuk (kasau), ukuran 4 x 6 cm atau 5 x 7
cm, jarak antara usuk-usuk ialah 50 cm.
c)
Gording, ukuran 8 x 12 cm atau 8 x 16 cm,
jarak antara masing-masing gording ialah 2,50 - 3 m.
d) Balok
tembok, ukuran 8 x 10 cm atau 8 x 12 cm.
Dengan
adanya bermacam-macam bentuk atap, berbagai kemiringan bidang atap dan berbagai
jenis penutup atap dengan berat yang berbeda, juga mengingat besar kecilnya
bentang dari ruangan, maka terdapat pula berbagai bentuk konstruksi kuda-kuda.
Langit-Langit
(Celing)
Di
bawah kuda-kuda dipasang penutup yang disebut langit-langit, dan biasanya
terbuat dari bahan-bahan:
a) Pelat
asbes semen rata setebal 3,2-4 mm, ukuran yang banyak_digunakan ialah 1 x 1
meter. Kebaikan langit-langit dari pelat asbes semen rata ialah murah dan awet,
tetesan air dari kebocoran atap tidak mempengaruhi, juga tidak dapat terbakar.
b) Kepang
bambu kulitan, untuk digunakan penutup langit-langit biasa dibuat lebih halus
dan rapat, meskipun harganya lebih murah, tapi kurang awet, langit-langit
kepang bila sudah agak lama akan menjadi cembung dan tidak rata lagi, sehingga
tampak kurang rajin.
Pada
langit-langit kepang bambu, tidak boleh dilabur dengan kapur, karena
serpih-serpih kapur mudah jatuh dah dapat mengganggu kesehatan.
c) Papan
kayu atau papan triplex dan lain sebagainya.
Tujuan
pemasangan langit-langit ialah:
a)
Untuk menutupi seluruh konstruksi atap dan
kuda-kuda penyangganya, agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan akan
terlihat bersih dan indah.
b)
Untuk menahan jatuhnya debu dan kotoran
lain, juga menahan tetesan air hujan yang merembes melalui celah-celah atap.
c) Untuk
membuat ruang antara yang berguna sebagai penyekat panas, sehingga panas atap
tidak mudah menjalar ke dalam ruangan di bawahnya.
Dinding
Dinding-dinding
harus tegak lurus betul, agar dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin
dan bila sebagai dinding pemikul, harus pula dapat memikul beban-beban di
atasnya.
Dinding-dinding
harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan rapat air (cement-raam atau
trasraam) sekurang-kurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di
atas lantai bangunan agar air tanah tidak dapat meresap naik ke atas, sehingga
dinding tembok terhindar dari basah dan lembab, dan tampak bersih tidak
berlumut.
Dinding-dinding
di kamar mandi dan kakus, setinggi sekurang-kurangnya 1,50 m di atas permukaan
lantai harus rapat air. Dinding bangunan biasa dibuat dari batu bata, batu
cetak tras/kapur dan batu alam.
Pada
dinding ringan untuk penyekat ruangan, dapat digunakan kayu, papan triplex atau
asbes semen.
Dinding
pasangan batu bata adalah'yang terbanyak digunakan, tetapi batu bata di
lndonesia sifatnya kurang keras dan rapat, bila dibanding dengan batu bata yang
dibuat di Eropa, hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara membakar dalam
pembuatan batu bata masih sangat sederhana; oleh karena itu, untuk menambah
keawetan terhadap pengaruh iklim dan memperkuat ikatan, maka pasangan dinding
batu bata selalu diplester pada kedua sisinya.
Batu
bata yang bentuknya teratur, lebih mudah dipasang menjadi dinding tembok
daripada batu alam/asli, pasangan batu bata untuk dinding-dinding luar pada
bangunan tidak bertingkat, dan dinding dalam pembagi ruangan, dapat dipakai
pasangan batu bata 1/2 batu, tetapi karena dinding-dinding tipis terlalu lemah
untuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya horisontal/gaya gempa, maka untuk
memperkuat berdirinya tembok 1/2 batu.
Harus
digunakan rangka pengkaku yang terdiri pilaster-pilaster atau kolom dan balok
beton bertulang setiap luas tembok 12 m2, ukuran tebal kolom dan
balok beton itu diambil sama dengan tebal tembok, agar tembok tampak rata dan
bersih, dan kolom-kolom beton selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan
persilangan dinding, dan pada jarak antara kira-kira 3 m, balok-balok beton
horisontal sekeliling bangunan dipasang setiap jarak tinggi kira-kira 3 m.
Lubang
jendela dan pintu pada dinding, bila lebar lubang kurang dari 1 m, dapat diberi
pasangan batu bata tersusun tegak (roolag) di atas lubang, bila lebar lubang
lebih dari 1 m, di atas lubang harus dipasang balok latei dari beton bertulang,
baja atau kayu yang awet.
Spesi yang biasa digunakan untuk pasangan
dan plesteran tembok batu bata ialah:
a)
Untuk pekerjaan tidak rapat air:
-
1 kapur : 1 semen merah : 2 pasir
-
1 semen Portland : 4 pasir.
b)
Untuk pekerjaan rapat air:
-
1 semen portland : 2 pasir.
-
Dan tiap hari hanya dipasang batu bata
setinggi 1 m.
Lantai
Lantai-lantai
harus cukup kuat menahan Seban-beban di atasnya, dan bahan lantai digunakan
ubin, beton dan kayu.
Lantai
dari ubin adalah yang terbanyak digunakan pada bangunan perumahan, ini
disebabkan faktor-faktor:
a)
Lantai ubin murah dan tahan lama.
b)
Lantai ubin dapat mudah dibersihkan dengan
air, tanpa merusak bahannya.
c) Lantai
ubin tidak dapat dirusak oleh rayap.
Lantai
ubin yang biasa digunakan pada bangunan perumahan ialah ubin batu alam dan ubin
semen portland atau terrazzo. Ubin batu alam yang terkenal ialah dari batuan
trachite berwarna kelabu pasir dari daerah Cirebon, dan ubin batu gunung atau
batuan andesit yang berwarna kelabu-biru; ubin-ubin ini permukaannya datar
tetapi kasar, biasa digunakan pada gudang, garasi, terras dan ruangan yang tidak
penting.
Ubin
semen Portland atau terrazzo adalah ubin batu buatan, ukurannya biasa 15 x 15
cm, 20 x 20 cm dengan tebal2 cm dan 30 x 30 cm dengan tebal 2,5 cm, permukaan
halus, rata dan datar, kecuali untuk ruang mandi, kakus, terras dan emper yang
sering tersiram air, agar tidak licin digunakan ubin-ubin dengan permukaan
beralur atau ubin-ubin wafel.
Lantai
ubin dipasang langsung di atas dasar pasir bersih, lapis pasir ini sedikitnya
tebal 20 cm di atas muka tanah yang telah dipadatkan, dan lapis pasir sendiri
juga harus dipadatkan dengan disiram air dan ditumbuk sampai padat betul,
lantai ubin pada bangunan perumahan biasa, dipasang dengan mortel tersusun dari
1 kapur : 3 pasir atau 1 semen portland : 3 pasir, untuk memasang ubin (tegel),
tidak boleh menggunakan mortel dengan semen merah.
Pekerjaan
lantai baru dilaksanakan sesudah pekerjaan-pekerjaan atap, langit-langit dan
tembok selesai, juga pipa-pipa saluran air atau gas dan lainlain sudah
terpasang.
Pondasi
Bangunan
Pondasi
bangunan penting/berat, harus diletakkan pada dasar tanah yang cukup kuat
menahannya; untuk tujuan itu dilakukan penyelidikan tanah, guna menentukan
dalamnya tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar, sehingga menjamin
kekokohan landasan pondasi bangunan.
Pondasi
bangunan harus diperhitungkan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat
sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar, seperti tekanan angin, gempa
bumi dan lain-lain, dan tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun
penurunan pondasi yang merata lebih dari batas-batas tertentu, yaitu:
Jenis bangunan | Penurunan maximum |
---|---|
Bangunan umum | 2,54 cm |
Bangunan pabrik | 3,81 cm |
Gudang | 5,08 cm |
Pondasi mesin-mesin | 0,05 cm |
Bentuk
pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah bangunan, sedang
dalamnya pondasi ditentukan oleh letaknya tanah padat yang mendukung pondasi.
Pondasi
pada tanah bangunan yang miring lebih dari 10 %, maka pondasi bangunan harus
dibuat rata atau merupakan tangga dengan bagian atas dan bawah pondasi
mendatar, karena bila pondasi dibuat melereng mengikuti miring tanah bangunan,
maka terdapat bahaya pondasi akan tergeser oleh tekanan bangunan.
Pondasi
yang terbanyak digunakan untuk bangunan perumahan ialah pondasi langsung, untuk
bangunan besar/berat atau bila letak tanah padat sangat dalam, digunakan
pondasi tiang. Pondasi langsung atau pondasi dangkal (shallow foundation),
digunakan bila lapisan tanah padat dengan daya dukung yang cukup besar,
letaknya tidak dalam.
Dasar
pondasi langsung selain harus terletak di atas tanah padat, juga harus terletak
di bawah lapisan-lapisan tanah yang masih dipengaruhi oleh iklim, antara lain
gerusan erosi, susut muai atau retak-retak pada tanah liat di musim kemarau.
Karena itu kedalaman dasar pondasi minimal 0,80 m sampai 1 m di bawah permukaan
tanah.
Pondasi
langsung dapat dibuat dari pasangan batu kali atau batu bata, beton/beton
bertulang, tetapi yang terbanyak digunakan ialah batu kali, karena pasangan
batu kali murah, awet dan daya dukungnya besar, dan untuk pondasi dinding,
ukuran lebar puncak pondasi harus sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari
dindingnya.
Pondasi
tiang disebut pondasi dalam (deep foundation), digunakan bila lapisan tanah
dengan daya dukung yang cukup kuat, terletak jauh di bawah permukaan tanah.
Pondasi tiang dapat dibuat dari tiang-tiang kayu, baja, beton bertulang atau
beton pratekan, ukuran panjang tiang tidak boleh lebih dari 45 kali
diameternya, dan beban tiang-tiang tidak boleh melebihi daya dukungnya.
Bila
digunakan tiang-tiang pancang, maka kepala dan ujung tiang harus dijaga jangan
sampai rusak oleh pekerjaan pemancangan. Bila digunakan tiang-tiang dari beton
bertulang atau beton pratekan yang tidak dicor di tempat, maka tiang-tiang ini
harus cukup kuat pula untuk diangkut dan dikerjakan.
Dalam
pelaksanaan pondasi bangunan, lapisan humus harus dikeruk dulu dari tempat
bangunan, bila keadaan tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung tanah kurang
dari 0,5 kg/cm2, maka galian pondasi diteruskan sampai mencapai
kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung lebih dari 0,5 kg/cm2.
Tetapi kota-kota besar di lndonesia banyak
terletak di tepi pantai atau sungai, dengan tanahnya terdiri dari lempung,
lumpur dan pasir halus atau campurannya yang tidak padat, sehingga lapisan
tanah keras hanya didapat jauh di bawah permukaan tanah.
0 Response to "Ketentuan Perhitungan Konstruksi Bangunan"
Post a Comment