Pada
awalnya manusia membuat rumah, jembatandan lainnya dengan menggunakan material
tanah, kayu dan batu. Jenis material kontruksi yang digunakan kemudian
berkembang pada bahan beton dan baja. Beton berulang merupakan material gabungan
antara beton dan baja, yang banyak digunakan pada kontruksi bangunan indonesia.
Material ini mempunyai banyak kelebihan
dibandingakan material bangunan lainnya dalam hal :
1.
Lebih murah
2.
Mudah dibentuk (fungsi arsitektur)
3.
Ketahanan terhadap api yang tinggi
4.
Mempunyai kekakuan yang tinggi
5.
Biaya oerawatan yang rendah
6.
Materialnya mudah diperoleh
Jika diatas disebutkan kelebihan material beton
dibandingkan dengan material lainya, tetapi ada juga kekurangan dari material beton
dibandingkan material bangunan lainnya, yaitu dalam hal,
1.
Kekuatan tariknya rendah
2.
Membutuhkan bekisting dan penumpu
sementara selama kontruksi
3.
Rasio kekuatan berat yang rendah
4.
Stabilitas volumenya relatif rendah
Prinsip Dasar
Beton Bertulang
Langkah-Langkah Perencanaan |
Beton
merupakan material yang kuat dalam menahan tekanan, namun lemah dalam menahan
tarik. Karena hal tersebut, beton akan
mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang
melebihi kekuatan tariknya.
Pada
struktur balok beton tanpa tulang, momen yang timbul akibat beban luar pada
dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam tarik dan tekanan. Struktur balok tersebut akan mengalami
retak bahkan runtuh secara tiba-tiba.
Sementara pada struktur item
balok beton bertulang terjadi sebaliknya, jika item balok memakai tulangan, gambaranya yaitu tulangan baja
ditanam di dalam beton sedemikian rupa sehingga gaya tarik dibutuhkan untuk
menahan momen yang terletak pada penampang retak supaya dapat dikembangkan pada tulangan baja.
Jadi,
dapat dikatakan disini bahwa untuk mengatasi kelemahan beton dalam menahan
tarik maka ditambahkan tulangan baja pada bagian penampang beton yang
berpotensi mengalami tarik pada saat menahan beban.
Konsep
Perencanaan
Struktur
yang didesain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.
Kesesuaian dengan lingkungan sekitar
2.
Ekonomis
3.
Kuat dalam menahan beban yang
direncanakan
4.
Memenuhi persyaratan kemampuan layanan
5.
Mudah perawatannya (durabilitas yang
tinggi)
Langkah-langkah
dalam perencanaa struktur dapat diuraikan seperti dibawah ini.
Ada 2 fhilosofi dalam merencanakan
elemen struktur beton bertulang yaitu:
1. Metode
Tegangan Kerja
Unsur struktur direncanakan terhadap
beban kerja sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi lebih kecil daripada
tegangan yang diizinkan, yaitu:
α≤ α
2. Metoda
Kekuatan Ultimit
Filosofi yang ke-dua ialah
menggunakan
metoda kekuatan limit
yaitu struktur yang direncanakan terhadap beban terfaktor
sedemikian rupa sehingga struktur
tersebut mempunyai kekuatan ultimit yang diinginkan, yaitu:
ᴍu ≤ ϕ ᴍn
ᴍu ≤ ϕ ᴍn
Perencanaan Batas
Dalam perencanaan elemen bertulang ada
beberapa kondisi batas yang dapat dijadikan konstraint, yaitu :
1. Kondisi
batas ultimit, yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini, yaitu:
a.
Hilangnya
keseimbanagn lpkal atau global
b.
Rupture atau hilangnya ketahanan
lentur, geser pada
elemen-elemen struktur
c.
Pembentukan
sendi plastis
d.
Ketidakstabilan
struktur
e.
Fatique
f.
Keruntuhan
progressive yang di akibatkan oleh terjadinya
keruntuhan lokal pada daerah sekitarnya
2. Kondisi
batas kemampuan layanan, yang menyangkut berkurangnya fungsi struktur, dapat
berupa :
a.
Defleksi
yang berlebihan pada kondisi layan
b.
Lebar
retak yeng berlebih
c.
Vibrasi
yang mengganggu
3. Kondisi
batas khusus, yang menyangkut lerusakan/keruntuhan akibat beban normal, dapat
berupa:
a.
Keruntuhan
pada kondisi gempa ekstrim
b.
Kebakaran,
ledakan atau tabrakan kendaraan
c.
Korosi
atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan
Perencanaa yang memperhatikan
kondisi-kondisi batas di atas disebut perencanaan batas. Konsep perencaan batas
ini digunakan sebagai prinsip dasar peraturan bbeton indonesia (SK-SNI
T-15-1991-03).
Prosedur Desain Berdasarkan Peraturan
Beton Indonesia
Elemen struktur dan struktur harus
selalu di desain untuk dapat memikul beban berlebih dengan besar tertentu,
diluar beban yang diharapkan terjadi dalam kondisi normal. Kapasitas cadangan
tersebut diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor
“overload” (beban berlebih) dan faktor-faktor “undercapacity”.
“Overload”
dapat terjadi akibat:
1.
Perubahan
fungsi strktur
2.
Underestimate
pengaruh beban karena penyederhanaanperhitungan
3.
Urutan
dan metoda kontruksi
“Undercapacity”
dapat terjadi akibat:
1. variasi kekuatan material
2. workmanship
3. tingkat pengawasan
Berdasarkan
prosedur desain yang baku, kekuatan (“resistance”) elemen struktur harus lebih
besar dari pada pengaruh beban, sehingga:
Resistance ≥ pengaruh beban
Untuk
mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resitance (kekuatan) elemen struktur
daripada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih besar pengaruh
beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan faktor-faktor beban, yang
nilainya < 1, dan faktor-faktor beban, yang nilainya > 1, sehingga:
ϕRn ≥α1S1+α2S2+....
Dimana:
Rn =kekuatan nominal
S =pengaruh beban
ϕ =faktor reduksi
α1 =fator-faltor beban
prosedur
desain yang memperhitungkan adanya fator-faktor beban resistance seperti diatas disebut sebagai desain
kekuatan ultimit (batas). Perlu diketahui bahwa prosedur desain seperti ini pada dasarnya merupakan metode perencanaan kondisi batas, yaitu dimana perhatian utama ditentukan
ditekankan pada kondisi batas ultimit. Pemeriksaan kondisi batas servicebilitas
(kemampuan layanan) dilakukan setelah desain awaal diperoleh.
Philosofi
dasar metoda perencanaan ini terdapat pada SK-SNI T-15-1991 butir 3.2.1.1 dan
3.2.1.2, yang bunyinya adalah:
Pada butir 3.2.1.1:
Strukutur maupun komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kekuatan rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini.
Strukutur maupun komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kekuatan rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini.
kuat
rencana identic dengan
ϕRn, sedangkan kuat perlu mengacu pada
pengaruh beban terfaktor, yaitu α1S1+α2S2+......
Pada Butir 3.2.1.2:
Berbunyi bahwa komponen struktur harus memenuhi ketentuan lain yang
tercantum dalam tata cara yang berlaku khususnya di indonesia untuk menjamin tercapainya perilaku
struktur yang cukup baik ketika
beban kerja.
Dalil atau butir 3.2.1.2 yang dijelskan
diatas adalah
mengharuskan adanya pengontrolan lendutan dan lebar retak pada komponen struktur
yang sudah di dedesain
Beban Terfaktor dan Kuat Perlu
SK-SNI
T-15-1991-03 butir 3.2.2 sampai 3.2.3 menguraikan tentang faktor-faktor beban
dan kombinasi-kombinasi beban terfaktor tersebut adalah:
Kombinasi
beban mati dan beban hidup
U= 1,2 D+1,6L
Jika
pengaruh angin ikut diperhitungkan:
U=0,75(1,2D+1,6L+1,6W) atau
U=0,9D+1,3W
ambil pengaruh yang terbesar
ambil pengaruh yang terbesar
Jika pengaruh gempa harus
diperhitungakan:
U=1,05 (D+LR ± E) atau
U=0,9 (D ± E)
Kombinasi beban terfaktor lainnya dapat
dilihat pada butir-butir:
3.2.2.4 untuk kombinasi dengan tekanan
tanah lateral
3.2.2.5 untuk kombinasi dengan tekanan
hidraulik
3.2.2.6 untuk pengaruh beban kejut
(impact)
3.2.2.7 untuk pengaruh ∆T, rangkak,
susut dan ∆δ
Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi
dan gaya aksial) dihitung berdasarkan
kombinasi beban terfaktor tersebut biasanya ditulis dengan simbol-simbol
Mu, Vu, Tu, dan
Pu dimana subscipt umenunjukan bahwa nilai-nilai M,V,T, dan P tersebut didapat dari beban-beban terfaktor U.
Kuat
Reancana
Kuat rencana suatu komponen struktur(ϕRn) didapat dengan mengalikan kekuatan
nominal Rn dengan faktor
reduksi kekuatanф. Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 nilai faktor reduksi ekuatan
ф adalah sebagai berikut:
2.
Beban
aksial dan beban aksial tekanan dengan lentur:
a.
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur...........0,80
b. Aksial tekan dan aksial tekan
dengan lentur:
i. Komponen
struktur dengan tulangan atau sengkang
ikat.........0,80
ii. Komponen
struktur dengan tulangan sengkang biasa.........0,70
Untuk
nilai aksial tekanan yang rendah ϕ
dapat ditingkatkan berdasarkan aturan berikut :
Untuk komponen struktur yang memenuhi
syarat berikut:
- fy
≤ 400 Mpa,
- tulangan bersifat simetris, dan
- (h-d’-ds)/h ≥
0,70
Maka nilai ф boleh ditingkatkan lagi
secara linear menjadi 0,80 untuk nilai ϕPn yang berkurang dari 0,1 f, Ag ke nol.
Untuk komponen struktur lain, nilai ϕ boleh ditingkatkan secara linear
menjadi 0,80 untuk nilai ϕPn yang berkurang dari 0,1 f,
Ag atau ϕPb (ambil nilai yang terkecil) ke nol.
1. Geser dan torsi.............................................0,60
2. Tumpuan pada
beton.....................................0,70
Catatan :
d’ =
Jarak dari serat tekan terjatuh ke centroid tulangan tekan
dg =
Jarak dri serat tarik terjatuh ke centroid tulangan tarik
h = Tinggi total
penampang
Pn =
Kekuatan beban aksial
Metode Beban Kerja (Working Stress Method)
Sebagai alternatif dari metoda kekuatan
ultimit, SK-SNI T-15-1991-03 membolehkan
dilakukan perencanaanini tegangan yang terjadi pada komponen struktur
tidak boleh melalui tegangan izin.
Sebagaicontoh, pada kondisi lentur, teganganelastik maksimum yang terjadi pada
penampang tidak boleh melebihi 0,45 fc
(pada beton) atau 0,50 fy (pada
baja).
Berdasarkan metoda beban kerja ini,
komdisi batas ultimit diasumsikan terpenuhi secara otomatis dengan diadopsinya
parameter tegangan izin, namun walaupun demikian, SK-SNI T-15 1991-03 tetap
mengharuskan dilakukan pengecekan kondisi batas defleksi dan kondisi batas
lebar retak terhadap hasil desain awal.
0 Response to "Konsep Material Beton Bertulang"
Post a Comment