Seperti yang kita
ketahui konsekuensi dari kegagalan struktur bangunan selain rusaknya bangunan
tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan yang timbulnya korban jiwa, cedera dan
lainya yang disebabkan oleh jatuhnya material . Kegagalan bangunan dapat berupa
bagian dari bangunan yang
retak, misalnya struktur beton bertulang
yang suatu waktu bisa saja mengalami keretakan yang serius atau lebih
besar dan menyebabkan robohnya suatu bangunan. Bayangkan saja andaikan
orang-orang yang berada pada suatu bangunan yang mengalami kegagalan struktur
apalagi bangunan gedung tinggi maka hal buruk apapun bisa terjadi.
Selain itu, kerusakan
properti bekas keruntuhan bangunan perlu menghabiskan waktu untuk membersihkan,
memperbaiki dan memerlukan biaya untuk mengembalikan seperti normalnya.
Definisi Kegagalan Struktur Bangunan
Undang-undang Jasa
Konstruksi NO.18/1999 Pasal 1 menjelaskan bahwa kegagalan bangunan adalah
keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa kepada
pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan tidak
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau
pemanfaatan-nya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa.
Kontrol Kualitas Beton Untuk
Minimalisir Kegagalan Kostruksi
Dalam
industri konstruksi beton telah muncul sebagai bahan bangunan yang paling umum.
Juga perlu dicatat bahwa bangunan yang menggunakan beton bertulang sangatlah banyak.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton bertulang harus
dipertimbangan dengan cermat.
Bahan
konstituen untuk beton diantaranya
semen, agregat halus, agregat kasar dan air. Beton adalah material yang sangat
bervariasi, memiliki berbagai kekuatan. Beton umumnya meningkatkan kekuatannya
dengan usia. Hubungan yang tepat akan tergantung pada jenis semen yang
digunakan. Merupakan hal yang penting bahwa agregat untuk membuat beton harus bebas dari segala jenis
kotoran.
Dalam
pelaksanaanya sangat penting untuk
mengontrol kualitas agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton. Yang
paling penting, efek dari kandungan lumpur/lempung pasir pada kekuatan tekan
beton harus dikontrol.
Penyebab Terjadinya Kegagalan
Struktur Bangunan
Beberapa faktor penyebab
umum bangunan gagal cenderung karena perencanaan yang tidak benar dan
pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai acuan yang ada. Penggunaan bahan
material yang tidak sesuai acuan dan kegagalan dalam
desain yang timbul pada tahap pra-konstruksi dan kesalahan operasional yang
timbul pada saat fase konstruksi merupakan salah satu dari banyaknya faktor.
Kesalahan yang muncul dari pra-konstruksi dan selama fase konstruksi memiliki
pengaruh potensial terbesar pada hasil akhir proyek.
Kerusakan bangunan dapat
terjadi karena tiga pihak yang terlibat yaitu Konsultan, Kontraktor dan
Pengembang/Pemilik. Dalam pelaksanannya bisa saja Konsultan dan Kontraktor
telah memberikan kontrol dan pengawasan operasi lapangan dan kontrol kualitas
yang tidak mencukupi, begitu juga kurangnya pengawasan pelaksanaan pekerjaan
dari pengawas owner sehingga terjadi penyimpangan kualitas bahan atau yang
lainya.
Dibawah ini
merupakan beberapa penyebab terjadinya kegagalan struktur:
1)
Umur/Daya Layan Bangunan
Umur bangunan juga berperan
dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan dimana jika umur suatu
konstruksi bangunan melebihi dari umur yang
direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini
diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya
serta kelelahan
yang menyebabkan daya layan berkurang.
2)
Bencana
Faktor ini merupakan faktor
diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk diprediksi secara tepat, faktor
bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan konstruksi.
Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor internal
yang disebabkan oleh kelalaian manusia seperti bencana gempa, tsunami, tanah longsor, badai topan, kebakaran, ledakan dan lainya sehingga menyebabkan
kegagalan pada struktur. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat
faktor ini maka pihak pengelola konstruksi mengalihkan risiko tersebut seperti mendaftarkan ke asuransi.
3)
Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga
berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas produk konstruksi,
tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan bangunan. Biasanya seorang pengawas owner
yang ditugasi untuk mengecek kondisi bangunan, atau konsultas pengawas yang
ditunjuk oleh owner. Jika tingkat
frekuensi perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga
berpotensi terhadap meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan
bangunan berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan
sehingga langkah perbaikan dapat dilakukan sejak dini sehingga menghindari
tingkat kerusakan yang lebih buruk serta pembengkakan biaya.
Contoh dari
perawatan ini seperti ketika konstruksi baja dibiarkan tidak dilakukan
perawatan dan pengecat-an maka lama-lama bisa berkarat, atau jembatan struktur
baja tetapi menggunakan pelat lantai yang terbuat dari bahan material kayu,
karena seiring bertambahnya umur jembatan, maka kayu juga bisa rusak dan lapuk,
maka dengan adanya perawatan, pelat yang terbuat dari kayu itu bisa di
perbarui.
4)
Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan perencanaan dan
perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital dimana sangat
berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan, jika
dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan
atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan
akan sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan, seperti ketidaksempurnaan
konstruksi dalam desain, seperti desain
arsitektur yang kemudian pada perhitungan
struktur tidak direncanakan dengan baik dan benar, sehingga tidak sesuai acuan
yang berlaku dan menyebabkan kegagalan konstruksi, struktur menjadi tidak
tepat untuk maksud yang diusulkan. Desain struktural yang benar sangat penting
untuk semua bangunan, tetapi sangat penting untuk bangunan tinggi. Bahkan
sedikit kemungkinan kegagalan tidak dapat diterima karena hasilnya dapat
menjadi bencana bagi kehidupan manusia dan bangunan itu
sendiri. Oleh karena itu, orang sipil harus sangat
berhati-hati dan metodis dalam memastikan desain bangunan yang sesuai yang
dapat mempertahankan beban yang diterapkan.
Tetapi dalam hal ini
tidak hanya perencanan dalam hal desain tetapi juga Perencanaan yang
dapat berupa perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan waktu pelaksanaan, perencanaan
manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang mendukung terhadap
produk konstruksi yang akan dihasilkan. Kesimpulan-nya semua
mode kegagalan perlu diperiksa dengan menggunakan perangkat lunak modern pada
subjek. Namun, seorang perancang dan pembangun tidak dapat sepenuhnya yakin tentang
desain, dan oleh karena itu faktor keamanan yang tepat dimasukkan pada
perhitungan desain.
5)
Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih
berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap
penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak
pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat
berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang
awalnya diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang
atau menambah jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya
diperuntukkan untuk satu lantai atau pembangunan gedung yang setelah
terealisasi tidak digunakan sama sekali/ganggur, serta
perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi rencana awalnya
juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik
maupun nonfisik.
6)
Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan
dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke
beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam
proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan
aspek-aspek secara menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan
baik pada tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana
berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan,
perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap
ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya bagi proyek yang berskala besar
maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam tahapan ke depannya yang
tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan suatu
konstruksi.
7)
Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan
merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi, dimana dalam tahap
pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan kontruksi yang
tentunya lebih berorientasi kepada pihak pelaksana proyek/kontraktor. Pekerjaan
tenaga kerja tidak terampil pada pekerjaan konstruksi adalah alasan lain untuk
kegagalan struktural. Oleh karena itu, penting bahwa pemilik, perancang, dan
pembangun sepenuhnya sadar akan alasan kegagalan, dan melakukan semua tindakan
pencegahan.
Dalam tahap pelaksanaan
faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang
salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan
perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang kurang atau tidak ahli dan berpengalaman,
penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen
proyek yang buruk. Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan
maka tingkat risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat
direduksi.
8) Kegagalan Pengerjaan
Interior
Kegagalan
karena pengerjaan inferior dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan struktural.
Pengerjaan yang buruk sering kali merupakan asal mula kegagalan konstruksi.
Bahkan material berkualitas tinggi, jika digunakan tidak sempurna, mungkin
tidak berhasil melayani fungsi yang direncanakan, atau tahan lama seperti yang
dirancang.
Pengerjaan
yang buruk adalah penyebab sebenarnya dari kebanyakan kegagalan konstruksi. Kegagalan
umum karena pengerjaan yang buruk bisa
menyebabkan atap bocor, ubin lantai yang retak,
peluruhan cat, dan banyak masalah lainnya. Prosedur yang tepat telah dibuat
untuk hampir setiap operasi konstruksi, dan hanya implementasi yang diperlukan.
Cat berkualitas yang diterapkan pada permukaan yang tidak bersih kemungkinan
akan gagal, bukan karena bahannya di bawah standar, tetapi karena ia digunakan
dengan kualitas kerja yang buruk.
9) Kegagalan Pondasi
Banyak
pondasi bangunan tidak dirancang dan dibangun dengan baik untuk kondisi tanah pada lokasi yang ada, misalnya
tanahnya memiliki daya dukung yang jelek atau tidak memadai untuk mendukung
berat struktur.
Pergerakan
pondasi dapat terjadi jika pelapisan dan pengeringan tanah tidak seragam,
seperti drainase yang tidak memadai, kebocoran pipa, dan evaporasi, dapat
menyebabkan variasi tanah. Lapisan tanah atas memberikan daya dukung untuk
menahan struktur, dan memastikan stabilitas pondasi. Jika tanah bantalan tidak
dipadatkan dengan cukup sebelum pelaksanaan
konstruksi maka peluang terjadinya
kegagalan struktur sangatlah besar.
Jenis Kegagalan Struktur Bangunan
Ada
dua jenis kegagalan konstruksi, kegagalan
laten dan kegagalan paten. Kegagalan laten adalah kegagalan yang tersembunyi
dan sering tidak jelas. Bahkan dengan inspeksi di tempat yang paling
komprehensif, kadang-kadang item
yang mengalami kegagalan dapat luput dari
perhatian. Setelah konstruksi selesai, kegagalan
laten tidak diketahui dan umumnya tidak dapat ditemukan dan
hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Sementara Kegagalan paten adalah kegagalan yang
diketahui bahkan mudah
terlihat pada pemeriksaan wajar atau normal.
Contoh Kegagalan Laten adalah:
1) Tanah
yang tidak dipadatkan dengan benar.
2) Kurangnya
penguatan pada pondasi beton struktural
3) Sistem
peredam cuaca yang tidak terpasang dengan benar.
4) Sistem
dinding eksterior EIFS tidak dipasang dengan benar.
5) Penguatan
tidak sepenuhnya tertanam dalam struktur beton.
Contoh Kegagalan Paten adalah:
1)
Terjadi keretakan
pada struktur beton
2) Kurangnya
ventilasi udara
3) Tidak sesuianya kemiringan atap,
sehingga terjadi kebocoran
4)
Tidak terpasangnya
railing pada tangga.
5)
Pintu yang keluar dan tidak sejajar dengan frame kusen yang terpasang.
6)
Jendela tidak
berfungsi
0 Response to "Jenis Dan Penyebab Kegagalan Struktur Bangunan"
Post a Comment