Dalam kehidupan sehari-hari mungkin sebagian
orang mendengar istilah fleksibel, bahkan mungkin ada juga yang baru mendengar.
Fleksibel bisa dikatakan kelenturan atau mudah diatur, jadi bisa disebut
fleksibel itu orang yang mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Jadi dari
macam kata tersebut dapat disimpulkan fleksibel adalah sikap yang mampu
beradaptasi dan tanggap dengan cepat sekalipun dalam keadaan yang sangat
darurat/mendesak.
Fleksibilitas Ruang
Fleksibilitas
penggunaan ruang adalah suatu sifat kemungkinan dapat digunakannya sebuah ruang
untuk bermacam-macam sifat dan kegiatan, dan dapat dilakukannya pengubahan
susunan ruang sesuai dengan kebutuhan tanpa mengubah tatanan bangunan.
Kriteria pertimbangan fleksibilitas adalah:
1) Segi Teknik
Yaitu
kecepatan perubahan, kepraktisan, resiko rusak kecil, tidak banyak aturan,
memenuhi persyaratan ruang.
2) Segi Ekonomis
Yaitu
murah dari segi biaya pembuatan dan pemeliharaan.
Ada tiga konsep fleksibilitas, yaitu
ekspansibilitas, konvertibilitas, dan versabilitas.
Berikut
penjelasannya:
1) Ekspansibilitas
Adalah
konsep fleksibilitas yang penerapannya pada ruang atau bangunan yaitu bahwa
ruang dan bangunan yang dimaksud dapat menampung pertumbuhan melalui perluasan.
2) Konvertibilitas
Ruang
atau bangunan dapat memungkinkan adanya perubahan tata atur pada satu ruang.
3) Versatibilitas
Ruang
atau bangunan dapat bersifat multi fungsi.
Fleksbilitas
arsitektur dengan menggunakan berbagai macam solusi dalam mengatasi perubahan-perubahan
aspek terbangun di sekitar tapak membuatnya dapat dianalisa pada kajian
temporer yaitu dimana fleksibilitas arsitektur ini dapat berubah sesuai dengan
yang pengguna butuhkan.
Sifat
temporer ini dapat dianalisa pada tiga aspek temporal dimension yang
diungkapkan oleh Carmona, et al (2003):
1) Time Cycle And Time Management
Aktivitas
selalu berubah sesuai dengan ruang maupun sesuai dengan waktu seperti sebuah
zat cair yang nantinya akan memerlukan sebuah wadah untuk memberikan kekuatan
aktivitas tersebut. Disinilah arsitek sebagai pencipta ruang harus selalu
kritis melihat celah-celah terbentuknya ruang yang berubah sesuai dengan
perubahan waktu yang juga memberikan reaksi pada penggunaan lingkungan
sekitarnya.
2) Continuity And Stability
Walaupun
lingkungan selalu berubah dari waktu ke waktu sebuah keberadaan desain
seharusnya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan lingkungan tersebut,
sehingga keberlanjutan desain yang diharapkan dari sebuah karya arsitektur
memiliki fungsi optimal yang stabil dalam bereaksi dengan lingkungan terbangun.
3) Implemented Over Time
Sebagai
seorang Arsitek, perencana ruang, hal ini merupakan hal penting yang harus
diperhatikan. Bagaimana desain nantinya bukan bekerja di jamannya saja tetapi
juga justru bisa melampaui jamnnya. Sehingga pemikiran-pemikiran yang inovatif
harus terus dihadirkan untuk menghadirkan strategi yang dapat mengatasi segala
perubahan akan lingkungan.
Sifat Fleksibilitas Ruang
Setiap
bangunan berpotensi untuk mengakomodasi beberapa perubahan. Namun, tidak semua
bangunan memiliki unsur fleksibel dan tidak semua bangunan dapat pula
memungkinkan terjadinya perubahan guna. Menurut Kronenburg, bangunan yang
fleksibel adalah bangunan yang dapat mengakomodir kegiatan-kegiatan penghuni
dan sangat memungkinkan terjadi perubahan dalam bangunan. Berkembangnya
kreativitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya agar lebih baik adalah
salah satu faktor yang kemudian mempopulerkan arsitektur fleksibel.
Salah
satu kriteria bangunan fleksibel adalah memiliki kapasitas untuk berubah, baik
struktur ruang ataupun kegunaan yang general dibandingkan denganruang-ruang
dengan kegunaan yang spesifik.
Fleksibilitas
dalam arsitektur telah menjadi perdebatan sejak munculnya revolusi industri.
Perdebatan tersebut berakhir pada dua definisi tentang fleksibilitas.
Fleksibilitas
adalah kondisi saat arsitek mendesain bangunan dengan komplit, sehingga unsur
fleksibilitas sudah termasuk di dalamnya.
Fleksibilitas
adalah kondisi saat membiarkan bangunan sebagai karya yang belum selesai
(incomplete) untuk kemudian berkembang dimasa depan sesuai kebutuhan penghuni.
Mengenai
perdebatan fleksibilitas dalam arsitektur ini, Hertzberger menanggapi bahwa
bangunan yang dapat merespon kemungkinan yang terjadi di masa depan adalah
bangunan yang tanpa dirubah pun tetap dapat digunakan untuk setiap kegiatan.
Dari
pendapat - pendapat tersebut yang perlu ditekankan adalah bahwa arsitektur
fleksibel adalah suatu usaha yang dilakukan untuk merespon permasalahan
-permasalahan desain yang dengan tujuan utamanya adalah dapat mengakomodir
kebutuhan penghuni/pengguna bangunan.
Untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan bermacam-macam cara, Kroenburg (2007).
Merumuskan 4 karakter utama arsitektur fleksibel, yaitu adaptation,
transformation, movability dan interaction. Empat karakter ini adalah kriteria
umum yang harus dimiliki oleh arsitektur fleksibel.
1) Adaptation
Yang
berarti bangunan yang dapat merespon perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga
perubahan yang terjadi di masa depan dapat diakomodir oleh bangunan tersebut.
Desain
yang adaptable merupakan suatu strategi untuk merespon kondisi dimana suatu
bangunan tidak selalu menjadi bangunan yang akan dihuni seseorang atau sebuah
kelompok (keluarga) saja, melainkan untuk sekumpulan orang lain yang akan
menghuni bangunan itu dimasa depan. Dengan pendekatan adaptable architecture,
bangunan berpotensi untuk berubah secara berkelanjutan. Adaptable architecture
juga memungkinkan terjadinya perubahan sistem untuk teknologi terbaru pada
sistem yang telah terpasang sebelumnya. Seiring perkembangan teknologi, sistem
servis, komunikasi dan sekuriti pasti akan mengalami perubahan. Dalam adaptable
architecture, fleksibilitas untuk mengganti dan mengupgrade sistem-sistem
tersebut dapat dimungkinkan.
2) Transformation
Berhubungan
dengan perubahan bentuk, volume dan tampak bangunan, Sebuah bangunan yang
transformable adalah arsitektur yang erat hubungnanya dengan kinetic atau
gerakan-gerakan ‘membuka’, ‘menutup’, ‘meluas’, dan ‘menyempit’.
3) Movability
Dalam
hal ini terkait dengan tingkat fleksibilitas peletakan bangunan. Unsur-unsur
bangunannya dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya. Metode yang
diterapkan adalah dengan membuat bangunan menjadi ‘portable’, yaitu, dapat
dibongkar bagian per bagian namun dapat dirakit kembali hingga menjadi utuh
seperti semula. Strategi yang digunakan untuk memindahkan bangunan moveable
architecture adalah dengan menggunakan bantuan alat transportasi.
4) Interaction
Berkaitan
dengan aksi dan reaksi manusia dalam upayanya mewujudkan bangunan pintar
(intelligent building). Interactive architecture adalah arsitektur yang
mengandalkan teknologi dalam penerapannya. Tujuannya adalah membuat bangunan
yang pintar sehingga bangunan tersebut secara otomatis dapat mengakomodir
kebutuhan penghuni. Teknologi yang memungkinkan hal itu terjadi adalah sebuah
alat sensor yang menerima sinyal dari penghuni dengan perantara telepon
genggam, PDA, komputer atau alat lainnya.
Secara
umum yang dibutuhkan bangunan dengan guna yang berkelanjutan adalah tingkat
fleksibilitas yang memungkinkan bangunan tersebut digunakan dalam kurun waktu
yang panjang dengan kemampuan mengakomodir terjadinya perubahan-perubahan pada
bangunan dan fleksibilitas tersebut memiliki tiga acuan yang diantaranya adalah
ekspansibilitas (perluasan), konvertibilitas (perubahan) dan versatibilitas
(multifungsi)
5) External Shading
Merupakan
sebuah tritisan bangunan pada bagian luar bangunan, atau dapat dikatakan
sebagai penghalang matahari langsung untuk masuk kedalam bangunan.
6) Thermal Mass
Merupakan
pendekatan dengan material bangunan dimana material bangunan tersebut dapat
menyerap dan menyimpan hawa panas dari matahari, namun untuk permasalahan
khususnya pada kawasan yang bersifat tropis sebaiknya tidak menggunakan
material yang menyimpan panas melainkan material yang memiliki nilai thermal
mass yang rendah bahkan tidak ada kalau bias.
7) Low Window to Wall Area Ratio (S/W)
Merupakan
rasio besaran jendela atau bukaan yang digunakan pada rancangan bangunan
khususnya pada bagian dinding, hal ini sangatlah berpengaruh terhadap
pencahayaan, penghawaan, dan pemandangan.
Rumus
perhitungan Window to Wall Area Ratio, menurut Standar National Indonesia,
bagian Illuminating Engineering Society (IES):
WWR
= Luas Dinding Pada Fasad/Luas Bukaan Pada Fasad
8) Passive Ventilation
Atau
dapat dikenal sebagai natural ventilation yang dimana memanfaatkan tekanan
angin sebagai sistem untuk menukar udara dalam bangunan, seperti halnya
perputaran udara.
9) Nocturnal Cooling
Atau
dapat dikenal dengan night flush cooling yang berfungsi sebagai ventilasi untuk
mendingkan bangunan pada malam hari agar siang harinya bangunan siap menerima
panas dari luar bangunan dengan kondisi temperatur yang rendah.
10)Cross Ventilation
merupakan
sistem penghawaan bangunan yang memberikan bukaan pada kedua sisi yang
bersebrangan. Hal ini agar dapat menerima udara yang datang lalu mendorong
udara dalam bangunan menuju keluar bangunan.
11)Stacked Window
Merupakan
sistem penerapan bukaan pada dinding yang sama (atas dan bawah) hal ini dapat
membantu untuk memasukan udara dingin melalui jendela bawah lalu membuang udara
panas dari jendela atas.
12)Passive Evaporative Cooling
Merupakan
sistem pelepasan panas yang memanfaatkan penguapan sebagai media pendinginan,
seperti halnya menggunakan kolam dalam bangunan.
13)Orientation
Atau
dapat dikenal dengan arah hadap bangunan, dimana dengan arah hadap bangunan
tersebut dapat meminimalisir atau memaksimalkan pemanfaatan dari masuknya
matahari dan angin.
14)Double Facades and Buffer Space
Berfungsi
sebagai secondary skin atau lapisan kedua pada bangunan. Dengan menggunakan
sistem ini maka dapat memanfaatkan ruang antara kedua kulit bangunan sebagai
penyaring suhu panas yang masuk pada bangunan.
15)Central Atria And Lobbies
Menggunakan
atrium atau lobby yang besar pada rancangnya agar dapat memusatkan penghawaan
pada titik tersebut seperti mengarahkan udara dingin yang masuk lalu
membuangnya yang keluar melalui atrium, lobby atau void tersebut.
16)Opening To Corridors And Between
Seperated Room
Memberikan
bukaan pada bagian koridor atau memberikan space antar ruangan agar tidak
mengunci hawa panas pada bangunan dan lebih mudah mengatur sirkulasi bangunan.
Konsep Gagasan Yang Diusulkan
"Apakah
perumahan telah ditentukan sebelumnya atau dapatkah itu merespons perubahan
gaya hidup dan siklus hidup penghuninya?"
Ada
ketidakcocokan antara pilihan perumahan yang ada dan preferensi masyarakat.
Kami tidak membangun apa yang kita inginkan; peraturan dewan, pengaturan
perencanaan dan pengaturan zonasi menambah masalah ini. Dengan meningkatnya
harga properti di pusat kota, semakin banyak orang dipaksa keluar dari
pinggiran kota dan kepemilikan rumah semakin lama semakin terjangkau.
Proyek
perumahan yang diusulkan bertujuan untuk menanggapi fluktuasi masyarakat dan
gagasan kepemilikan dan masyarakat melalui strategi perumahan yang fleksibel
dan mudah disesuaikan. Masterplan terdiri dari ruang komunitas di seluruh
lokasi dengan fokus mengembalikan daerah pesisir ke penghuni.
Kelompok
hunian yang ditinggikan memberikan privasi bagi penduduk sambil membiarkan
masyarakat menyaring melewati jalan utama dan ruang komersial menuju tepi laut.
Desain modular memungkinkan variasi tipologi untuk memenuhi keragaman di
wilayah ini.
"Kesempatan
bagi orang untuk membuat tanda dan identifikasi pribadi mereka, sedemikian rupa
sehingga bisa disesuaikan dan dianeksasi oleh semua orang sebagai tempat yang
benar-benar 'milik' mereka."
Untuk mengoptimalkan ruang di dalam tempat
tinggal, sistem grid diimplementasikan dengan komponen tetap dan fleksibel yang
diidentifikasi. Komponen fleksibel memungkinkan tempat tinggal berubah karena
ruang yang dibutuhkan oleh penghuninya berubah. Strategi perumahan yang
diusulkan ini membahas perumahan "Hilang Tengah" melalui
reinterpretasi bagaimana tempat tinggal dapat merespons fluktuasi masyarakat.
0 Response to "Perumahan yang Fleksibel dan Mudah Beradaptasi"
Post a Comment