Pemekaran kota adalah kenampakan luar dari
perkembangan yang terjadi di dalam kota. Pemekaran kota adalah suatu hasil
resultante dan proses-proses kehidupan yang terjadi di dalam kota.
Masalah-masalah
yang ditimbulkan sebagai akibat pemekaran kota adalah masalah perumahan,
masalah sampah, masalah lalu lintas, kekurangan gedung sekolah, terdesaknya
derah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif
pemerintahan. Masalah-masalah yang banyak ini kemudian mendesak para perencana
dan pengatur kota untuk segera dapat mengatasi masalah-masalah tersebut.
Masalah yang bersifat fisik ini ternyata juga bersangkut paut dengan masalah
sosial ekonomi.
Beberapa Masalah Yang Menyangkut Pemekaran Kota
1) Masalah migrasi ke kota.
Perpindahan
penduduk dari luar kota sering disebut dengan urbanisasi. Timbulnya dan
berkembangnya kota-kota tergantung pada 4 (empat) faktor:
a)
Jumlah penduduk
b)
Penguasaan terhadap lingkungan alam
c)
Tingkat kemajuan teknologi
d) Perkembangan
organisasi sosial
2) Masalah Sampah
Sumber
utama dari sampah adalah manusia, dimana ada manusia di terdapat di situ
terdapat sampah. Sampah yang tertimbuh dan tidak di buang dengan segera
akan merupakan sumber penyakit, sumber polusi, sumber bau yang tidak
enak dan tidak sehat, masalah sampah ini timbul di kota, karena beberapa
sebab, di antaranya:
a)
Bertambahnya penduduk
b)
Jumlah tempat sampah yang kurang dapat
menampung sampah
c)
Tenaga pengangkut dan alat pengangkut yang
tidak mencukupi
d)
Cara-cara pembuangan dan pembersihan yang
tidak benar
e)
Kesadaran penduduk yang masih kurang
terhadap kebersihan kota dan kesehatan kota
f) Bertambahnya
penduduk kota berarti pula bertambahnya pasar–pasar, toko–toko yang
merupakan sumber asal mula sampah. Misalnya daun
pembungkus, plastik, kulit buah–buahan, kertas, karton dan
sebagainya.
3) Masalah Transportasi Dan Lalu Lintas.
Hidup
di kota adalah serba waktu, banyak dari penduduk kota mempunyai jam tangan
atau bagi mereka yang tidak memiliki selalu berusaha menanyakan
waktu, berbeda dengan pedesaan, pada umumnya di desa–desa yang masih
jauh dari pengaruh kehidupan kota melihat waktu dengan memperhatikan posisi
matahari. Jarak dan waktu yang berkaitan dengan transportasi betul–betul
menjadi kebiasaan baru bagi warga kota yang dulunya tidak demikian
halnya. Dengan bertambahnya kendaraan bermobil dan kendaraan beroda dua, maka
jalur jalan sudah harus pula diperlebar agar tidak terjadi kemacetan ataupun
kecelakaan–kecelakaan. Dibeberapa kota yang sudah maju nampak adanya
fly ways, sub ways yang dapat mengurangi kepadatan lalu lintas.
Gejala–gejala
lain yang nampak sebagai salah satu jalan mengatasi kepadatan lalu lintas
adalah pembuatan jalan-jalan by–pass. Pemakaian helm yang di pakai
pengendara sepeda roda dua merupakan salah satu gejala modernisasi kehidupan
kota sebagai akibat dari demikian banyaknya korban kecelakaan.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemekaran Daerah
Eugene
Bardach di dalam bukunya yang sangat provokatif yaitu The Implementation Game
menyatakan bahwa sulit untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang
kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam
kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakkan bagi telinga para
pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk
melaksanakannya dalam bentuk dan cara yang memuaskan semua orang termasuk
mereka yang dianggap sebagai klien.2 Bardach bermaksud melukiskan
kesulitan-kesulitan dalam mencapai kesepakatan di dalam proses kebijakan publik
dan menerapkan kebijakan tersebut. Hal ini terlihat pada pelaksanaan kerja
serta pemindahan dari tujuan yang disepakati ke proses pencapaian tujuan
tersebut.
Masih
menurut Hogwood dan Gunn, agar implementasi kebijakan dapat dilaksanakan dengan
baik maka harus memperhatikan faktor-faktor berikut ini yaitu:
1)
kondisi eksternal yang dihadapi organisasi
dan instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan dan kendala;
2)
untuk melaksanakan kebijakan harus tersedia
waktu dan sumber-sumber yang memadai;
3)
keterpaduan antar sumber daya yaitu manusia,
dana dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya;
4) kebijakan yang di implementasikan harus
didasari hubungan kausalitas yang erat;
5)
hubungan kausalitas harus bersifat langsung
dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya;
6) hubungan saling ketergantungan harus
kecilpemahaman yang mendalam;
7)
kesepakatan terhadap tujuan;
8)
tugas-tugas harus terperinci dan ditempatkan
pada urutan yang tepat;
9)
komunikasi dan koordinasi yang sempurna;dan
10) pihak-pihak
yang memiliki wewenang dapat menuntut dan memperoleh kepatuhan kewenangan.
Bahwa
variabel-variabel yang dapat mempengaruhi berhasil atau gagalnya suatu
kebijakan adalah sebagai berikut:
1)
mudah atau tidaknya masalah yang akan
dikerjakan;
2) kemampuan keputusan kebijakan untuk
menstrukturkan secara tepat proses implementasi kebijakan
3) pengaruh langsung berbagai variabel politik
terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan
tersebut.
Fitur Umun Arsitektur Tradisonal Jepang
Arsitektur
tradisional Jepang banyak dipengaruhi oleh China dan budaya Asia lainnya selama
berabad-abad. Arsitektur tradisional Jepang dan sejarahnya didominasi oleh
teknik/gaya Cina dan Asia (bahkan hadir di Kuil Ise, dianggap intisari
arsitektur Jepang) dengan variasi gaya asli Jepang pada tema-tema di sisi
tertentu.
Pemilihan
bahan utama untuk hampir semua struktur, selalu kayu dalam berbagai bentuk papan,
jerami, kulit kayu, kertas. Struktur umum hampir selalu sama dengan atap besar
dan melengkung, sementara dinding dengan rangka kayu yang dilapisi kertas
tipis. Untuk desain interiornya, dinding-dindingnya bersifat fleksibel, yang
dapat digeser sesuai dengan keperluan. Atap adalah komponen yang
paling mengesankan secara visual, ukurannya hampir setengah ukuran seluruh
bangunan. Atap sedikit melengkung memperpanjang jauh melampaui dinding,
meliputi beranda, dan berat bangunan harus didukung oleh sistem braket kompleks
yang disebut Tokyo. Interior bangunan biasanya terdiri dari satu kamar di pusat
disebut moya. Ukuran ruangan dapat dimodifikasi melalui penggunaan layar atau
dinding kertas yang dapat digeser. Penggunaan kertas pada dinding-dinding ini
rumah Jepang terkesan ringan. Beranda muncul untuk menjadi bagian dari bangunan
untuk orang luar, Oleh karena itu struktur yang dibuat sampai batas bagian
tertentu dari lingkungan mereka. Ini untuk memudahkan Perawatan secara keseluruhan.
Sifat Arsitektur Jepang
1)
Memiliki sifat
ringan dan halus
2) Konstruksi kayu
lebih menonjol dan diolah sangat halus dengan bantuk-bentuk lengkung dan
kesederhanaan.
3)
Bentuk bangunan
diatur dalam simetris yang seimbang.
4) Arsitektur tanaman,
naturalis dan tidak dapat dipisahkan dengan desain bangunan atau disebut satu
kesatuan.
5)
Terlihat
kesederhanaan bentuk dan garis.
6) Pada pengolahan
taman lebih wajar, dan tidak banyak pengolahan tangan manusia.
7)
Penghematan terhadap
ruang lebih terlihat.
8)
Sedikir penggunaan
warna, kecendrungan kea rah warna politer dan lak.
Estetika Tradisional jepang
1)
Kesederhanaan
2)
Kepolosan
3)
Kelurusan
4)
Ketenganagn batin
Konsep Perancangan
Setelah
masa perang dunia, kota-kota yang menjadi daerah konflik mengalami urban
sprawl, apa itu urban sprawl?.
Urban
sprawl adalah istilah yang dikenal sebagai pemekaran kota ke daerah-daerah
disekitarnya secara tidak terstruktur, acak atau tanpa adanya rencana. Urban
sprawl yang tidak terkendali yang disebabkan oleh "Mimpi".
Seiring bertambahnya populasi, begitu pula kepemilikan mobil. Semakin banyak
orang hidup dalam isolasi, jauh dari pekerjaan dan pusat kota
mereka. Untuk mengatasi pesatnya pertumbuhan kepemilikan mobil, kota-kota
dan pinggiran kota dirancang untuk memikirkan mobil, membuat jalan yang lebar
dan trotoar yang sempit, sehingga membiarkan ruang kosong bagi orang-orang
untuk digunakan. Jalan-jalan tidak lagi bisa ditinggali.
Proyek
ini berusaha menggunakan filsafat dan arsitektur Jepang sebagai sarana untuk
mulai memecahkan masalah ini. Bagi orang Jepang, tidak seperti kebanyakan
budaya barat, jalanan tidak hanya jalur transportasi. Mereka jauh lebih akrab
dengan ruang yang menggabungkan jalinan kehidupan sehari-hari dan ruang
komunikasi. Sebenarnya, mereka tidak memiliki fungsi spasial tunggal. Pada
waktu tertentu mereka digunakan sebagai ruang untuk kehidupan pribadi dan di
lain waktu sebagai ruang untuk kehidupan publik.
Tapi
yang penting bukan apa yang terjadi di jalanan, tapi apa yang terjadi di ruang
yang menghubungkan jalan dan tempat tinggal itu sendiri. Di perumahan Jepang,
sebuah "engawa" adalah ruang dimana garis antara bagian dalam dan
luar. Ruang yang menyajikan aspek kehidupan sehari-hari dimana anggota keluarga
datang dan pergi dengan bebas, berkumpul dengan para tamu, bersantai, bermain
atau hanya merenung dan berhubungan dengan alam.
Proyek
ini mengusulkan untuk mulai mengintegrasikan tempat tinggal yang terisolasi ke
dalam masyarakat yang lebih luas melalui cluster perumahan campuran yang dapat
dibagi dan dinikmati oleh semua orang. Hal ini pada gilirannya akan memberi
jalan kepada penciptaan ruang baru yang akan dirancang pada skala manusia dan
bekerja selaras dengan "Urban Engawa". Engawa adalah sejenis pintu
geser, rumah-ruma kaya di jepang.
Landasan Hukum
Landasan
hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. UUD 1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah
atau pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B
ayat (1): “Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan
undang-undang.”14 Selanjutnya, pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat
sebagai berikut. “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan”.
Menurut
Peraturan Pemerintah No 78 Tahun 2007, pemekaran daerah/wilayah adalah
pemecahan suatu pemerintah baik propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa /
Kelurahan menjadi dua daerah atau lebih. Menurut Peraturan Pemerintah No. 129
Tahun 2000, tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan
dan pengabungan daerah, pada pasal 2 menyebutkan pemekaran daerah/wilayah
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui:
1)
Percepatan pelayanan kepada masyarakat
2)
Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
3)
Percepatan pertumbuhan pembangunan ekonomi
daerah
4)
Percepatan pengelolaan potensi daerah
5)
Peningkatan keamanan dan ketertiban
6)
Peningkatan hubungan yang serasi antara
pusat dan daerah.
0 Response to "Pemekaran Kota Pasca Perang Dunia"
Post a Comment