“Bagaimana merancang
bentuk bangunan Pasar Wisata Budaya sesuai Arsitektur?” Atau “bagaimana
menentukan tataruang dan gubahan massa dari berbagai macam kegiatan yang
diwadahi sesuai arsitektur?” dan “Bagaimana menentukan lokasi dan site yang
sesuai dengan fungsi Pasar Wisata Budaya sebagai objek wisata budaya?” Kemudian
“Bagaimana menentukan jenis kegiatan yang dapat mencerminakan fungsinnya
sebagai Pasar Wisata Budaya?”
Pertanyaan diatas mewakili apa yang akan
dijelaskan dibawah ini, dalam postingan ini merupakan materi yang berisi
deskripsi dan konsep rancangan ideu untuk pembangunan pasar, berikut
penjelasannya.
Konsep Pasar Dan Pariwisata
Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar
adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar
jenis barang, jasa dan informasi. Dalam proses penjualan terdapat berbagai
macam strategi untuk menunjang penjualan suatu produk, salah satunya dengan
mengadakan pameran. Pameran adalah media menyampaikan informasi tentang suatu
produk. Dalam proses penukaran jika menggunakan uang maka terjadi suatu
transaksi.
Pariwisata menurut A.J. Burkart dan S. Medik
(1987) adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek
ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan
kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.
Pariwisata dan perdagangan ibarat dua sisi
mata uang, sektor pariwisata akan lebih dikenal bila didukung sektor
perdagangan, keberadaan perdagangan cendera mata (kerajinan) dan kuliner khas
daerah menjadikan pariwisata semakin berdenyut. Untuk itu pasar wisata budaya
yang direncankan dapat meningkatkan sector perdagangan maupun pariwisata di
daerah tersebut. Sehingga dibutuhkan obyek wisata berbasis budaya berupa pasar
dengan aplikasi arsitektur sebagai wujud apresiasi dan nilai lebih tehadap
budaya
Pokok permasalahan dalam membangun Pasar
Wisata yaitu mencari budaya yang relevan dengan mekanisme kegiatan pasar
sehingga obyek wisata ini dapat berfungsi sebagai tempat jual beli produk
budaya dengan mengusung konsep Arsitektur sebagai wujud apresiasi budaya
sehingga diharapkan mampu memberikan pengalaman ruang.
Gagasan Yang Diusulkan
Mengingat pasar merupakan salah satu ruang
urban yang paling menarik untuk umum di abad sekarang, proyek saya yang di beri
judul "Jam berapa sekarang?" Akan mengeksplorasi kembali imajinasi
pasar publik abad ke-21 melalui strategi pembuatan tempat di kota dan
temporalitas alamiah. Hal ini terjadi melalui tiga kerangka konseptual Ritual
kehidupan manusia, atribut alamiah dan rasa.
Proposal untuk pasar teluk yang
direvitalisasi bertujuan untuk memperkuat keaktifan ranah publik `dengan
mendefinisikan sebuah perjalanan baru untuk perjalanan masyarakat antara ruang
hijau. Untuk menghasilkan ruang publik yang fleksibel, dan untuk membuat
masing-masing komponennya otonom, lanskap situs dibagi menjadi fragmen dan zona
yang lebih kecil dan diisi dengan berbagai perabot perkotaan yang dirancang
khusus untuk menciptakan sub-zona yang dapat dikonfigurasi ulang yang dapat
menjaga seluruh ruang diaktifkan selama waktu yang berbeda serta menarik
berbagai kelompok orang untuk tujuan variabel.
Bangunan pasar dibentuk sejajar dengan sumbu
dari stasiun kereta ringan ke terminal feri untuk membuat bangunan menjadi
tujuan yang menarik dengan rasa mengundang yang lebih kuat bagi orang-orang
yang berada di antara simpul transportasi. Bangunan ini terdiri dari dua sayap
di sisi yang menggunakan program fleksibel dari ruang ritel dan pendidikan
serta makanan. Ruang kanopi utama, sebagai bagian dari perjalanan orang,
berfungsi sebagai fasilitator dan penyedia layanan untuk masyarakat dan
merupakan ruang publik interaktif yang secara sengaja mencerminkan fitur
temporal seperti perubahan pasang surut dan matahari. Bentuk bangunan organik
Merges dengan pemandangan hijau di bagian Utara yang digunakan untuk
menumbuhkan bunga sebagai bagian dari tujuan komersial pasar dan untuk
menggabungkan keindahan alam temporal ke ruang publik yang dirancang.
Baca: Inovasi Kampus Dan Pasar
Relevansi Pasar Wisata Budaya dengan Arsitektur
Berdasarkan tinjauan teori arsitektur jawa
terdapat 4 aspek yang mencerminkan arsitektur jawa, yaitu:
1) Tata Ruang Dan Orientasi
Bangunan
Dalam Arsitektur tataruang yang ada berupa
rumah tinggal dengan orientasi bangunan utara-selatan. Sedangkan untuk bangunan
umum seperti pasar tidak ada tataruang khusus. Dalam buku Peasant Marketing in
Jawa (1962) menggambarkan poses terjadinya pasar di Jawa. Namun masyarakat
sudah mengenal penzoningan tempat yang disebut Segara-Gunung dimana hasil bumi
dari laut berada pada satu zona, tidak bercampur dengan hasil bumi dari gunung.
2) Bentuk bangunan
Bentuk pokok bangunan Jawa terdapat lima
yaitu Panggang Pe, Limasan, Kampung, Joglo dan Tajug.
3) Material bangunan
Bangunan jawa pada umumnya menggunakan
material kayu, namun beberapa bangunan juga ditemukan menggunakan material
bambu.
4) Struktur Bangunan
Struktur bangunan jawa menggunakan struktur
kayu dengan gaya beban bidang sehingga dapat bertahan terhadap gaya horisontal.
Sistem ini sangat berbeda dengan struktur kayu orang barat dimana gaya yang
bekerja merupaka gaya vertikal. Sehingga konstruksi kayu bangunan Jawa dalam
posisi tidur, sedangkan konstruksi kayu orang barat tegak.
Berdasarkan kajian teori arsitektur jawa dan
pemahaman pasar di atas maka aplikasi arsitektur jawa dapat diterapkan pada
Pasar Wisata Budaya pada setiap aspek berikut:
1) Tata Ruang Dan Orientasi
Bangunan
Tidak adanya tataruang khusus tentang
arsitektur jawa sebuah pasar, serta konsep Segara-Gunung yang kurang sesuai
dengan produk yang dijual pada Pasar Wisata Budaya nantinya. Maka penulis
mencoba mentransformasikan susunan tataruang rumah jawa pada Pasar Wisata
Budaya sebagai wujud melestarikan budaya.
Arsitektur jawa mempunyai tata ruang yang
khas, sebuah rumah tinggal Jawa setidak-tidaknya terdiri dari satu unit dasar
yaitu omah yang terdiri dari dua bagian, bagian dalam terdiri dari deretan
sentong tengah, sentong kiri, sentong kanan dan ruang terbuka memanjang di
depan deretan sentong yang disebut dalem sedangkan bagian luar disebut emperan.
Pola tata ruang tersebut akan
ditransformasikan pada Pasar Wisata Budaya yang direncanakan sesuai dengan
kegiatan yang ada pada pasar. Sehingga penarapan tataruang rumah Jawa pada
Pasar Wisata Budaya lebih ditekankan pada makna atau nilainya, seperti:
a) Pendapa
Merupakan tempat terbuka untuk umum
ditransformasikan pada fungsi ruang sebagai ruang penerima.
b) Gandok
Sebagai ruang tambahan dan zona semi privat
alan ditransformasikan kedalam fungsi ruang dengan kegiatan yang lebih bermakna
seperti retail produk budaya besrta proses pembuatannya.
c) Senthong
Sebagai ruang privat
yang dikenal dengan tempat sacral maka dimaknai sesuai konteks kekiniaan
(kegiatan Pasar Wisata Budaya) akan ditransformasikan sebagai ruang pamer
barang antik.
Karena tataruang Pasar Wisata Budaya
bercermin pada rumah Jawa maka orientasi banguanan juga sesuai rumah Jawa pada
umumnya yaitu berorientasi utara-selatan.
2) Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan pada Pasar Wisata Budaya
tidak lepas dari tataruang rumah Jawa, seperti:
Pendhapa menggunakan bentuk atap pendhapa,
Gandhok mengggunakan bentuk atap panggangpe, Senthong menggunakan bentuk atap
kampung Karena pasar wisata budaya yang direncanakan berupa masa jamak maka
dimungkinkan untuk menggunakan bentuk atap Jawa lainnya sesuai kegiatan yang
diwadahi.
3) Tampilan Bangunan Berdasarkan
Material
Material yang digunakan berupa kayu sertap
penggunaan batu bata espos untuk sebagai eksplorasi bentuk masa kini sehingga
memperkuat karakter konsep kedekatan dengan alam pada rumah Jawa.
4) Struktur Bangunan
Struktur banguana pasar sesuai dengan bentuk
banguanan Jawa yang diterapkan dengan susunan strukur bangunan:
a)
Upper sruktur berupa
atap dengan konstruksi kayu
b)
Sub stuktur berupa
tiang atau disebut saka pada bangunan Jawa
c)
Supper sturktur
berupa umpak
0 Response to "Jam Berapa Sekarang?"
Post a Comment