Pada beberapa konsep
perencanaan lingkungan mengenal beberapa istilah, salah satunya akan di bahas
di bawah ini dengan lengkap. Dari waktu ke waktu, sejalan dengan selalu
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan
kebutuhandalam berbagai aspek-aspek politik, ekonomi sosial, budaya dan
teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan meningkatnya
jumlah penduduk maupun kegiatan penduduk telah mengakibatkan ruang kekotaan
yang besar.
Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota
tetap dan terebatas, maka meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan
kedudukan fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota.
Definisi
Urban Sprawl
Urban
sprawl adalah suatu proses peluberan kegiatan perkotaan ke wilayah
pinggiran, dengan kata lain terjadi proses perembetan kenampakan fisik kekotaan
ke arah luar. Lebih jauh urban sprawl merupakan suatu proses
perubahan fungsi dari wilayah pedesaan menjadi wilayah perkotaan.
Definisi
dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Urban didefinisikan sebagai
sebuah kota, sedangkan kata Sprawl diartikan sebagai pergi, datang,
atau tersebar secara irregular (acak). Urban sprawl atau urban
terkapar, dikenal sebagai peristiwa maupun fenomena terjadinya pemekaran kota
yang secara acak, tidak terstruktur, tanpa diawali dengan sebuah rencana.
Urban
Sprawl atau biasa disebut dengan Pemekaran Kota bentuk bertambah luasnya kota
yang disebabkan oleh bertambah perkembangan penduduk dan meningginya
arus urbanisasi.
Urban
Sprawl merupakan salah satu bentuk perkembangan kota yang
dilihat dari segi fisik sepertibertambahnya gedung secara vertikal
maupun horisontal, bertambahnya jalan, tempat parkir maupunsaluran
drainase kota.
Urban
Sprawl dari pengertian bebas adalah perkembangan (permukiman) yang tidak
terkontrol (un-panned area) dari sebuah kota dan wilayah urban area-nya
dan/yang mengambil wilayah per-desaan atau rural area di sekitarnya.
Sementara
menurut Yunus (1999) Proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar
disebut “urban sprawl”. Kemudian menurut Rosul Urban Sprawl atau dikenal dengan
pemekaran kota merupakan bentuk bertambah luasnya kota secara fisik.
Karakteristik Urban
Sprawl
Keberadaan sprawl ditandai
dengan adanya beberapa perubahan pola guna lahan yang terjadi secara serempak,
seperti sebagai berikut:
1) Single-use zoning
Keadaan
ini menunjukkan situasi dimana kawasan komersial, perumahan dan area industri
saling terpisah antar satu dengan yang lain. Sebagai konsekuensinya,
bidang besar tanah digunakan sebagai penggunaan lahan tunggal yang saling
terpisahkan, antara ruang terbuka, infrastruktur atau hambatan lainnya. Sebagai
hasilnya, lokasi dimana masyarakat yang tinggal, bekerja, berbelanja, dan
rekreasi memiliki jarak yang jauh, antara satu dan yang lainnya, sehingga
kegiatan seperti berjalan kaki, transit, dan bersepeda tidak dapat digunakan,
tetapi lebih membutuhkan mobil.
2) Low-densityzoning Sprawl
Mengonsumsi
jauh lebih banyak penggunaan lahan perkapita dibandingkan
perkembangankota tradisional, karena peraturan penzonaan seharusnya
menyatakan bahwa perkembangankota seharusnya berada dalam kepadatan
penduduk yang rendah. Definisi yang tepat mengenai kepadatan yang rendah
ini relatif.
Dampak
dari perkembangan kepadatan penduduk yang rendah ini mengalami peningkatan
secepat peningkatan populasi pula. Overall density is often lowered by
"leap-frog development".
3) Car-dependent communities
Area
yang mengalami Urban sprawl biasa dikenali dengan tingkat penggunaan
mobil yang tinggi sebagai alat transportasi, kondisi ini biasa disebut
dengan automobile dependency. Kebanyakanaktivitas disana, seperti
berbelanja dan nglaju (commuting to work), membutuhkan mobil sebagai
akibat dari isolasi area dari zona perumahan dengan kawasan industri dan
kawasan komersial. Berjalan kaki dan metode transit lainnya tidak cocok untuk
digunakan, karena banyak dari area ini yang hanya memiliki sedikit bahkan tidak
sama sekali area yang dikhususkan bagi pejalan kaki.
Baca:
Kawasan Konservasi Teluk
Proses
Urban Sprawl
Menurut
Yunus (2005), ditinjau dari prosesnya perkembangan spasial fisikal kota dapat diidentifikasi,
yaitu:
1) Secara horizontal
Sentrifugal
adalah proses bertambahnya ruang kekotaan yang berjalan ke arah luar dari
daerah kekotaan yang sudah terbangun dan mengambil tempat di daerah pinggiran
kota. Proses inilah yang memicu dan memacu bertambah luasnya areal kekotaan.
Makin cepat proses ini berjalan, makin cepat pula perkembangan kota secara
fisikal.
Sentripetal
adalah proses penambahan bangunan-bangunan kekotaan di bagian dalam kota (pada
lahan kosong/ruang terbuka kota).
2) Secara vertikal
penambahan ruang kota dengan menambah jumlah
lantai (bangunan bertingkat).
Dalam
penelitian ini, penulis menitikberatkan fokus studi pada proses perkembangan
spasial fisikal kota secara horizontal sentrifugal yaitu proses bertambahnya
ruang kota ke arah luar/pinggiran kota atau urban sprawl yang masih kental
dengan kenampakan fisik desa yaitu wajah pertanian terutama sawah dengan
irigasi teknis.
Mengapa
Terjadi Urban Sprawl
Urban
sprawl adalah suatu proses perluasan kegiatan perkotaan ke wilayah
pinggiran yang melimpah, dengan kata lain terjadi proses pengembangan
kenampakan fisik suatu perkotaan ke arah luar. Lebih jauh lagi, definisi
dari urban sprawl adalah suatu proses perubahan fungsi dari wilayah
yang bernama perdesaan menjadi wilayah perkotaan. Perdesaan yang selama ini
dianggap sebagai penyokong kehidupan perkotaan, yang membantu kota dalam
pemenuhan kebutuhannya terutama dalam bidang pertanian, budidaya, kawasan
lindung dan non-industri, justru mengalami kenaikan tingkat fungsi guna lahan,
menjadi kawasan permukiman padat penduduk, bahkan kawasan industri. Urban
sprawlmerupakan salah satu bentuk perkembangan kota yang dilihat dari segi
fisik seperti bertambahnya gedung secara vertikal maupun horisontal, bertambahnya
jalan, tempat parkir, maupun saluran drainase kota.
Banyak
alasan yang mendasari terjadinya fenomena urban sprawl ini. Mulai
dari perilaku masyarakat yang lebih memilih untuk bermukim diarea pinggiran
kota, asumsi harga lahan yang lebih murah dan terjangkau serta kondisi udara
yang masih sehat, belum banyak tercemari seperti pusat kota. Selain itu alasan
yang juga menyebabkan masyarakat memilih tinggal diarea pinggiran kota adalah
karena belum terlalu padat penduduk yang ada disana, jika dibandingkan dengan
kawasan perkotaan, Ditambah karena memiliki akses yang dekat untuk menuju ke
pusat kota.
Seiring
berjalannya waktu, dengan semakin meningkatnya pendapatan mereka, penduduk yang
semula menyewa rumah diarea perkotaan karena ingin dekat dengan tempat dimana
mereka bekerja, sebagian besar/ mayoritas memilih untuk tinggal di luar kota
(pinggiran kota) agar dapat memiliki rumah tinggal sendiri. Walaupun pada
sebagian penduduk yang berpenghasilan rendah dengan terpaksa menempati rumah
tinggal yang sempit dan kumuh, asalkan rumah tersebut miliknya sendiri. Sehingga
biaya sewa rumah tidak lagi menjadi beban bagi anggaran rutin mereka.
Karena
tidak terlalu dekatnya tempat tinggal mereka dengan lokasi dimana mereka
bekerja, masyarakat di pinggiran kota yang lebih cenderung menggunakan moda
kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil pribadi untuk menuju lokasi
kegiatan mereka yang lebih terkonsentrasi di pusat kota. Sedangkan banyaknya
angkutan umum bermotor seperti bus, oplet dan taxi dapat mengindikasikan
terjadinya fenomena urban sprawl ini. Dimana salah satu alasannya
adalah pembuktian bahwa belum memadainya tingkat pelayanan fasilitas bagi
masyarakat pinggiran kota, dalam hal ini adalah angkutan umum. Kurangnya
pelayanan transportasi (angkutan umum) bagi masyarakat di pinggiran kota untuk
menuju pusat kota jika dibandingkan dengan di pusat kota, sehingga gejala ini
menjadikan angkutan umum seolah-olah disediakan hanya bagi warga yang tidak
memiliki kendaraan pribadi (captive people).
Selain
perilaku masyarakat mengenai kepemilikan tanah dan transportasi, peran
pemerintahpun ternyata juga turut mengambil andil dalam keberadaan
fenomena Urban sprawl ini. Keberadaan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) diyakini masih belum dapat diimplementasikan dalam mencapai tata ruang
yang pro-lingkungan. Terlalu banyak kepentingan sosial ekonomi yang ingin
dilaksanakan oleh pemerintah setempat, sehingga pada kenyataannya mempengaruhi
pelaksanaan RTRW. Hal ini diyakini dapat menyebabkan fungsi lingkungan
terabaikan. Rencana awal yang disusun masih baik dalam teori konsep, tetapi
karena tidak dapat diimplementasikan maka keberadaannya tidak mampu memformat
kota agar dapat terkendali sesuai rencana. Sehingga pemekaran wilayahpun
menjadi tidak terstruktur, tidak sesuai dengan rencana awal pembangunan wilayah
tersebut.
Konsep Dan Gagasan Urban Sprawl
Kepadatan
dan Keragaman bisa dibilang dua komponen paling penting dalam menentukan stok
perumahan kita. Saat kita bergumul dengan urban sprawl dan kekurangan perumahan
bagaimana kita bisa menafsirkan ulang perumahan untuk menawarkan solusi yang
lebih beragam untuk kebutuhan perumahan kita.
Konsep
ini menantang gagasan tradisional tentang perumahan dan menawarkan solusi
perumahan mikro dalam skala makro. Proyek ini bertujuan untuk menciptakan
tempat tinggal yang fokus baik ke dalam maupun di luar, untuk memiliki
perumahan yang dapat beradaptasi dengan rumah tangga dinamis hari ini dan
besok. Solusi perumahan yang berbicara kepada seluruh penduduk dan bukan hanya
persentase darinya.
Melalui
eksplorasi keterlibatan pengguna situs dan arsitektur, kita dapat melihat bahwa
adalah mungkin untuk menciptakan tipologi yang memberikan keamanan pribadi yang
dirasakan sementara juga menciptakan kesempatan untuk kepuasan sosial melalui
tumpang tindih ruang publik dan pribadi dan melalui program ruang transisi yang
dibuat. Kesinambungan perumahan, kota dan dunia kita pada akhirnya bergantung
pada input dan output kehidupan kita dan solusi perumahan yang kita pilih untuk
dikejar.
Tipologi
perumahan yang diciptakan melalui konsep ini menawarkan serangkaian ruang yang
disusun di sekitar dinding pintar. Dinding ini dirancang untuk berinteraksi
dengan ruang untuk menyediakan program dan tujuan ke ruang melalui keterlibatan
pengguna. Penggunaan tingkat dan hirarki ruang secara formal membedakan alam
publik dan swasta sementara menggunakan ruang transisi untuk menengahi hubungan
internal eksternal.
Pada
skala yang lebih besar, kesuksesan konsep proyek ini tertanam dalam program
publik yang terjalin di seluruh wilayah tersebut. Kedekatan tempat tersebut ke
kota dan kota yang lebih besar pada umumnya memperkuat pentingnya kota yang
beragam mulai bergulat dengan masalah perumahan dan kesehatan yang kita hadapi
sebagai sebuah negara. Melalui disain yang terintegrasi kita bisa melihat
bagaimana lingkungan yang kita ciptakan sangat penting dalam mewujudkan
lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan.
Proyek ini berusaha menjadi kapal perubahan
dalam menafsirkan kembali persediaan Perumahan. Karena negara-negara sering ditentukan
oleh kota-kota yang mereka tempati, keberhasilan kota kita terletak pada
integrasi dan hubungan infrastruktur, kemudahan, budaya, olahraga dan perumahan
kita. perancangan bertujuan untuk mengumpulkan kebutuhan perumahan kita di
sepanjang kebutuhan kota dan untuk menanamkan kembali kota tersebut sebagai
Dermaga Pelabuhan Primer untuk Inner West.
0 Response to "a concept"
Post a Comment