Struktur
bangunan terdiri dari komponen struktur atas dan bawah, struktur bawah yaitu
pondasi, struktur atas adalah sloof sampai atap, kemudian jika sebuah bangunan
memiliki jumlah lantai lebih dari satu ada yang disebut komponen pendukung,
yaitu tangga, excalator dan lift. Pada sebuah perencanaan struktur bangunan
tentu kita harus mengetahui dan memahami apa yang akan direncanakan, seperti
pada tulisan ini saya memaparkan pemahaman perencanaan tangga dari mulai
istilah-istalah komponen bangunan tangga sampai dengan perhitungan.
Sebagai
sarana vertikal antar lantai, tangga harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pemakainya. Dalam merencanakan tangga harus memenuhi persyaratan:
Anak
Tangga
Istilah
yang bisa dipakai dalam membuat tangga adalah ukuran “tinggi” dan “lebar” anak
tangga. Yang dimaksud dengan lebar anak tangga (Antrede) adalah ukuran area
pada anak tangga dimana kaki menjejak di atasnya. Sedangkan tinggi anak tangga
(Optride) adalah perbedaan tinggi antara satu anak tangga dengan anak tangga
lainnya.
Untuk
mencapai tingkat kenyamanan yang ideal, ukuran lebar anak tangga(Antrede)
antara 20 – 33 cm, sementara tinggi anak tangga (Optride) antara 15 – 18 cm.
Agar
tidak mengganggu kenyamanan, ada sebuah rumus yang bisa menjadi patokan dalam
menentukan tinggi (Optride) dan lebar anak tangga (Antrede). Tinggi anak tangga
(Optride) dilambangkan dengan (a) dan lebar anak tangga (Antrede) dilambangkan
dengan (b).
Idealnya
adalah 2a + b = 60 s/d 65 cm Jika 2a + b > 65 cm, maka tangga tersebut akan
sangat curam. Sementara itu, jika 2a + b < 60, maka tangga akan sangat
landai. Memiliki tangga curam memang menghemat tempat, karena anak tangganya
tidak lebar. Tetapi tangga seperti ini tidak nyaman dan lebih berbahaya buat
anak kecil atau orang lanjut usia.
Ukuran
tinggi (Optride) dan lebar (Antrede) anak tangga mempengaruhi kecuraman sebuah
tangga. Semakin besar tinggi (Optride) anak tangga, akan semakin curam tangga
tersebut. Sedangkan jika Anda ingin tangga yang landai, maka lebar (Antrede)
tangga harus besar.
Denah Tangga |
Ketinggian
setiap anak tangga (Optride) juga harus tepat sama dari yang paling bawah
sampai yang paling atas. Jika satu anak tangga saja berbeda ukurannya, akan
terasa canggung bagi yang melewatinya karena seseorang biasanya selalu
melangkah dengan irama yang sama.
Kemiringan
Tangga
Ukuran
kemiringan tangga (dalam derajat) adalah perbandingan tinggi tangga (lantai
bawah dengan lantai atas) dengan panjang tangga (ruang yang dibutuhkan untuk
tangga). Koefisien kemiringan tangga dapat dihitung dengan rumus:
z = y / x
z = koefisien kemiringan tangga
y = tinggi tangga (cm)
x
= panjang tangga (cm)
Koefisien kemiringan (z) = 1 berarti y = x
dan membentuk kemiringan 450
Berdasarkan
kemiringannya, tangga dibedakan atas:
Lantai miring, 6o – 20o
Koefisien kemiringan 0,1 – 0,36
Tangga landai, 20o – 24o
Koefisien kemiringan 0,36 – 0,44
Tangga biasa, 24o – 45o
Koefisien kemiringan 0,44 – 1,0
Tangga curam, tangga hemat, 45o
– 75o
Koefisien kemiringan 1,0 – 3,7
Tangga naik, tangga tingkat, 75o
– 90o
Koefisien
kemiringan > 3,7
Untuk
mendapatkan tangga yang ideal dengan kemiringan 24o – 45o,
tinggi tangga (y) tidak boleh lebih besar dari panjang tangga (x), maksimal y =
x. tangga yang terlalu landai (y jauh lebih kecil dari x) juga tidak nyaman,
karena kaki terpaksa menaiki anak tangga lebih banyak dengan ketinggian
tertentu.
Pagar
Dan Pegangan Tangga
Ada
yang mengatakan pagar dan pegangan tangga (railing) tidak diperlukan, asal
tingkat kenyamanan dan keamanan cukup tinggi. Artinya, aspek kenyamanan
dititikberatkan pada pengaturan ukuran lebar dan tinggi anak tangga. Namun,
demi keamanan, terutama jika memiliki anggota keluarga yang masih kecil,
(railing) tetap dipergunakan.
Sedangkan
tiang pada pagar tangga (baluster) berfungsi sebagai pengaman. Dengan adanya
(baluster), orang akan terhindar dari resiko terjatuh saat menaiki atau
menuruni tangga. Oleh karenanya (baluster) harus dibuat cukup rapat, tinggi 90
– 100 cm, dan tidak menghasilkan bagian yang tajam, agar anak -anak tidak
terluka bila harus berpengaruh pada (bluster).
Bordes
Untuk
memberikan kenyamanan, ada pula aturan baku bagi pembuatan tangga. Setiap
ketinggian maksimum 12 anak tangga (setinggi 1,5 – 2m) harus dibuat bordes
(landing), yaitu suatu platform datar yang cukup luas untuk melangkah secara
horizontal sebanyak kurang lebih tiga atau empat langkah sebelum mendaki ke
anak tangga berikutnya.
Anti
Slip
Bahaya
yang sering mengintai saat orang menggunakan tangga adalah tergelincir (slip),
biasanya terjadi pada ujung siku anak tangga.Untuk mencegah hal ini, dikenal
produk (nosing) kadang disebut (step nosing) yang fungsinya membuat ujung siku
anak tangga lebih kasar.
(Step
nosing) ada yang terbuat dari karet, aluminium, atau keramik. Permukaannya
bergerigi agar langkah pemakai terhenti pada ujung tangga dan tidak terpeleset.
(Step nosing) dari bahan keramik dipasang saat memasang ubin keramik di anak
tangga beton. Caranya, pada bagian ujung siku disisakan celah yang belum
tertutup keramik.Pada bagian tepi inilah dipasang (nosing) dari keramik.
Pemasangan
(nosing) berbahan lain, seperti karet atau aluminium, dilakukan setelah anak
tangga jadi. Caranya, (nosing) disekrupkan pada anak tangga. Beberapa gedung
pertunjukan yang ruangannya gelap, seperti bioskop dan teater, bahkan
memanfaatkan (nosing)sebagai pemandu langkah saat orang menaiki tangga.
(Nosing) ini menggunakan bahan (fluorescent) yang mampu menyala dalam gelap.
Pencahayaan
Pencahayaan
termasuk faktor penting yang patut dicermati saat merancang tangga. Pencahayaan
pada area tangga, selain akan membuat penampilan tangga lebih terlihat, juga
membantu para pengguna lebih merasa aman dan nyaman terutama pada malam hari.
Pencahayaan pada siang hari sebaiknya memanfaatkan cahaya alami. Oleh karena
itu area tangga harus diberi bukaan yang cukup sehingga memungkinkan cahaya
matahari masuk dan menerangi area ini.
Pada
malam hari, pencahayaan sepenuhnya bersumber pada lampu. Pemasangan lampu pada
area tangga, selain mempertimbangkan aspek keamanan dan kenyamanan, perlu
diperhatikan aspek estetika. Sehingga tampilan tangga menjadi lebih bagus.
Lampu
untuk menerangi area tangga bisa dipasang di plafon, di atas tangga atau
dibawah tangga. Sekitar lampu (tombol on/off) sebaiknya dipasang pada dinding
lantai bawah dan lantai di atas dan dihubungkan secara paralel. Cara ini untuk
memudahkan pemakai tangga untuk mematikan dan menyalakan lampu saat akan naik
maupun turun dari tangga.
Jenis
lampu pada area tangga sebaiknya dipilih lampu yang memancarkan cahaya berwarna
hangat agar atmosfer di dalam rumah benar-benar terasa akrab dan ramah.
Lampu-lampu yang memberikan cahaya berwarna hangat adalah kuning atau jingga
atau yang mendekati warna cahaya alami.
Analisis
Tangga
Analisis
tangga adalah upaya teknis untuk mendapatkan alternatif dimensi elemen tangga
dengan cara membandingkan antara dimensi dilapangan dengan parameter
perencanaan yang berlaku.
Ruangan Yang Dipakai
Panjang :
500 cm
Lebar :
160 cm
Tinggi lantai Split 1 B – Mezzanine : 420cm
Tinggi
bordes : 220 cm
Perhitungan
Dimensi Tangga
Tinggi (Optride) (a) : 170 mm
Jumlah (Optride) : 11 buah
Lebar (Antrede)(b) : 300 mm
Syarat ideal 2a + b = 600 s/d 650mm
(2.
170) + 300 = 640 mm. ok!
Dari perhitungan diatas tangga
dikategorikan memenuhu syarat.
Dalam analisis dipakai dimensi:
Tinggi (Optride) (a) : 170 mm (asumsi)
Jumlah (Optride) : 11 buah
Lebar
(Antrede) (b) : 300
Perhitungan
Tangga dan Bordes
Jumlah (Antrede) : (n – 1): 11 – 1 = 10 buah
Lebar bordes : 200 mm
Panjang
tangga : 10 x 300 = 3000 mm
Sudut
kemiringan tangga
a = ArcTan x
LebarAntride/TinggiOptride
a = ArcTan 0,567
a = 29,55
a
= 30
Berdasarkan
kemiringan nya, tangga ini termasuk kedalam tangga biasa. (Tangga biasa, 240 -
450, koefisien kemiringan 0,44 - 1,0)
Perhitungan
Equivalent Pelat Tangga
BD/AB = BC/AB
BD = AB x BC / AC = 170 x 300/
√(170)²+(300)² = 147,903 mm
t eq =
2/3 x BD = 2/3 x 147,903 = 98,602 mm
Jadi total equivalent pelat tangga:
Y
= t eq + ht = 98,602+ 150 mm = 248,602 mm
Analisa
Pembebanan Tangga Dan Bordes
Pembebanan
pelat anak tangga (tabel 2. PPIUG – 1983)
Beban mati (qD)
Berat ubin (tebal 1 cm) : 0,01 x 2 x 24 =
0,48 kg/m
Berat spesi (tebal
2 cm): 0,02 x 2 x 21 = 0,84kg/m
Berat sendiri pelat : 0,17 x 2x 2400 x
1/cos α = 1154 kg/m
Berat sandaran = 100,000kg/m +
= 1255,32kg/m
Beban hidup (qL) :
2 x 300 =
600 kg/m
Beban berfaktor (qU)
qU =
1,2 . qD + 1,6 . qL
= 1,2 . 1255,32+ 1,6 . 600
= 2466,384 kg/m
Pembebanan pelat bordes (tabel 2. PPIUG –
1983)
Beban mati (qD)
Berat ubin (tebal 1 cm) : 0,01 x 2x 24 =
0,48kg/m
Berat spesi (tebal
2 cm): 0,02 x 2x 21 = 0,84kg/m
Berat sendiri pelat bordes: 0,17 x 2x 2400=
816kg/m
Berat sandaran tangga : = 100,000 kg/m +
= 917,32kg/m
Beban hidup (qL)
: 2 x 300 =
600 kg/m
Beban berfaktor (qU)
qU =
1,2 . qD + 1,6 . qL
= 1,2 .917,32 + 1,6 . 600
= 2060,784 kg/m
Analisa
Penulangan Tangga dan Bordes
Metode Distribusi Momen
Perhitungan
analisa struktur tangga menggunakan metode Distribusi Momen. Tumpuan
diasumsikan jepit, jepit seperti pada gambar berikut:
Panjang batang AB = √(3,00)² + (2,00)² = 3,7 m
qx1 = q . cos α = 2466,384 . cos 30° =
2135,95 kg/m
qy1
= q . sin α = 2466,384 . sin 30° = 1233,19 kg/m
Menghitung kekakuan relatife
Batang AB 4EI/L kekakuan 4
Batang
BC 4EI/2 kekakuan 7,4
Menghitung faktor distribusi
DBA = 4/11,4 = 0,3
DAB
= 7,4/11,4 = 0,6
Menghitung Momen Primer
MFAB = 1/12 x q x l² = 1/12x 2135,95 x 3,7² = 2436,76 kgm
MFBA = -1/12 x q x l² = - 1/12x 2135,95 x 3,7² = -2436,76 kgm
MFBC = 1/12 x q x l² = 1/12x 2060,784 x 2² = 686,93 kgm
MFBA =-1/12 x q x l² = -1/12x 2060,784 x 2² = -686,93 kgm
Joint | A | B | C | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Batang | AB | BA | BC | CB | |||
Kekakuan relatif | 4 | 4 | 7,4 | 7,4 | |||
Faktor distribusi | 0 | 0,35 | 0,65 | 0 | |||
FEM | 2436,76 | -2436,76 | 686,93 | -686,93 | |||
MD | 0 | 612,44 | 1137,39 | 0 | |||
MP | 306,22 | 0 | 0 | 568,69 | |||
MD | 0 | 0 | 0 | 0 | |||
Jumlah Momen | 306,22 | -1819,97 | 1832,37 | -110,84 |
Keterangan:
FEM =
Momen primer
MD =
Momen distribusi
MP = Momen pindahan
Reaksi pada bentang A – B – C
Menghitung Reaksi Perletakan
Reaksi akibat beban
VA = ½ x q x l = ½ x 2135,95 x 3,7 =
3951,51 kg ()
VB = ½ x q x l = ½ x 2135,95 x 3,7 =
3951,51 kg ()
VB = ½ x q x l = ½ x 1233,19 x 2 = 1233,19
kg ()
VC
= ½ x q x l = ½ x 1233,19 x 2 = 1233,19 kg ()
Reaksi akibat momen ujung
VA = - MAB+MBA/L = -2436,76+(-2436,76)/3,7
= - 1317,17 kg (¯)
VA = - MBC+MBC/L = -686,93+(-686,93)/2 = -
686,93 kg (¯)
HA = q . cos α = 2466,384. cos 30° =
2135,95 kg (® )
Joint | A | B | C | |
---|---|---|---|---|
Reaksi akibat beban |
3951,51 | 3951,51 | 1233,19 | 1233,19 |
Reaksi akibat momen ujung |
-1317,17 | 1317,17 | 686,93 | -686,93 |
Reaksi total |
2634,34 | 5286,68 | 1920,12 | 546,26 |
Penulangan
tangga dan bordes
Direncankan memakai tulangan D 13mm
f’c =
20,75 MPa
fy =
240 MPa
b =
1000 mm
d =
h + t eq – 35 – (1/2 x 12)
= 150 + 98,602 – 35 – (1/2x12)
=
207,602 mm
Tulisan tersebut bertujuan untuk membantu
pembaca supaya dapat menerapkan semua teori dan praktek yang didapat selama
masa pendidikan agar dapat merencanakan suatu proyek bukan hanya bangunan
tangga tetapi mulai dari awal sampai akhir yaitu mulai dari perhitungan
konstruksi bangunan hingga pengelolaan proyek, demikian semoga membantu.
0 Response to "Perhitungan Tangga Lengkap"
Post a Comment