Sebelum
merencanakan gedung tentu kita harus mengetahui dan paham betul apa yang akan
dikerjakan, terutama paham dari segi teori dan teknis, untuk itu kita perlu
sebuah referensi atau rujukan yang akan dijadikan sebagai acuan dalam
merencanakan, sebuah bangunan yang direncanakan harus sesuai standar yang
berlaku demi faktor aman, karena bangunan tersebut akan digunakan untuk
kepentingan banyak orang. Sebelum berbicara lebih jauh dibawah penulis
menjelaskan beberapa item dari konstruksi gedung, berikut penjelasannya.
Balok Beton Bertulang
Pembesian Balok Dan Pelat Lantai |
Balok
adalah komponen struktur yang bertugas meneruskan beban yang disangga sendiri
maupun dari pelat kepada kolom penyangga. Balok menahan gaya-gaya yang bekerja
dalam arah transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya
lenturan. Balok merupakan elemen struktur yang menyalurkan beban dari pelat
lantai ke kolom sebagai penyangga yang vertical Akibat dari gaya lentur dan
gaya lateral ini ada dua hal utama yang dialami balok yaitu kondisi tekan dan
tarik.
Beban-beban
luar yang bekerja pada strktur akan menyebabkan lentur dan deformasi pada
elemen struktur. Lentur yang terjadi pada balok merupakan akibat adanya
regangan yang timbul karena adanya beban dari luar. Apabila beban luar yang
bekerja terus bertambah, maka balok akan mengalami deformasi dan regangan
tambahan yang mengakibatkan retak lentur disepanjang bentang balok.
Bila
bebannya terus bertambah sampai batas kapasitas baloknya, maka balok akan
runtuh. Taraf pembebanan seperti ini disebut dengan keadaan limit dari keruntuhan
pada lentur. Oleh karena itu, pada saat perencanaan, balok harus didesain
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak berlebihan pada saat beban bekerja
dan mempunyai keamanan cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan beba dan
tegangan tanpa mengalami runtuh.
Asumsi-asumsi
dasar yang digunakan untuk menganalisis penampang balok beton bertulang akibat
lentur adalah sebagai berikut:
1) Distribusi regangan dianggap linier (Hukum
Bernoulli), yaitu penampang tegak lurus sumbu lentur yang berupa bidang datar
sebelum mengalami lentur akan tetap datar dan tegak lurus terhadap sumbu
netralnya setelah mengalami lentur.
2) Regangan pada baja dan beton di sekitarnya
sama sebelum terjadi retak pada beton atau leleh pada baja.
3)
Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang,
kuat tarik beton diabaikan.
4)
Beton diasumsikan runtuh pada saat mencapai
regangan batas tekan.
5)
Hubungan tegangan-tegangan beton dapat
diasumsikan persegi, trapezium atau parabola.
Adapun
jenis-jenis keruntuhan yang dapat terjadi pada balok beton bertulang adalah
sebagai berikut:
1) Keruntuhan
tarik (“under reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan
rasio tulangan kecil (jumlah tulangannya sedikit), sehingga pada saat beban
yang bekerja maksimum, baja tulangan sudah mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton belum hancur (beton belum mencapai regangan maksimum = 0,003). Balok
dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat ductile.
2) Keruntuhan
tekan (“over reinforced”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok degan rasio
tulangan besar (jumlah tulangannya banyak), sehingga pada saat beban yang
bekerja maksimum, baja tulangan belum mencapai regangan lelehnya sedangkan
beton sudah hancur (beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003). Balok
dengan kondisi keruntuhan seperti ini bersifat getas.
3) Keruntuhan
seimbang (“balance”), jenis keruntuhan ini terjadi pada balok dengan rasio
tulangan yang seimbang sehingga pada saat beban yang bekerja maksimum, baja
tulangan dan beton hancur secara bersamaan. Tulangan sudah mencapai regangan lelehnya
dan beton sudah mencapai regangan maksimumnya = 0,003. Balok dengan kondisi
keruntuhan seperti bersifat getas.
Jika
momen yang bekerja melebihi momen yang dapat dipikul oleh balok persegi
bertulang tunggal, maka diperlukan tulangan rangkap/ganda, yaitu terdiri dari
tulangan tarik dan tulangan tekan. Alasan-alasan digunakanya tulangan tekan
yaitu:
1)
Mengurangi defleksi jangka panjang
2)
Meningkatkan daktilitas penampang
3)
Mengubah jenis keruntuhan tekan menjadi
keruntuhan tarik
4)
Mempermudah pelaksanaan di lapangan.
Geser Pada Balok
Perilaku
balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat berbeda dengan
keruntuhan karena lentur. Balok dengan keruntuhan geser, umumnya tanpa
peringatan terlebih dahulu. Perilaku keruntuhan geser bersifat getas, oleh
karena itu perlu dirancang penampang yang cukup kuat untuk memikul gaya geser.
Tulangan
geser diperlukan karena pada dasarnya ada tigajenis retak pada struktur, yaitu:
1)
Retak lentur murni (flexural crack), retak
yang terjadi di daerah yang mempunyai lentur besar. Arah retak haampir tegak
lurus sumbu balok.
2) Retak geser lentur (flexural shear crack),
retak yang terjadi pada bagian balok yang sebelumnya telah terjadi keretakan
lentur. Jadi retak geser lentur merupakanperambatan retak miring dari retak
yang sudahterjadi sebelumnya.
3) Retak geser murni (shear crack), retak yang
terjadi pada daerah dimana gaya geser maksimum bekerja dan tegangan normal
sangat kecil.
Pelat Lantai
Pelat
beton bertulang adalah struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan
bidang yang arahnya horizontal, beban yang bekerja tegak lurus pada bidang
struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya. Pelat beton bertulang ini
sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat
untuk mendukung ketegaran balok portal.
Baca:
Kolom Beton Bertulang
Pelat
menerima beban yang bekerja tegak lurus terhadap permukaan pelat. Berdasarkan
kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat dibedakan menjadi:
1) Pelat Satu Arah
Pelat
satu arah adalah pelat dengan tulangan pokok satu arah yang akan dijumpai jika
pelat beton lebih dominan menahan beban yang berjumpa momen lentur pada bentang
satu arah saja.
Dalam
SNI 2847:2012 Bila lendutan harus dihitung, maka lendutan yang terjadi seketika
sesuadah bekerjanya beban harus dihitung dengan metoda atau formula standar
untuk lendutan elastis, dengan memperhitungan pengaruh retak dan tulangan
terhadap kekakuan komponen struktur.
Tebal minimum balok nonprategang atau pelat
satu arah bila lendutan tidak dihitung:
Tebal minimum, h | ||||
---|---|---|---|---|
Komponen struktur | Tertumpu sederhana |
Satu ujung menerus | Kedua ujung menerus | Kantilever |
Komponen struktur tidak menumpu atau tidak dihubungkan dengan partisi atau konstruksilainnya yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar | ||||
Pelat masif satu-arah | l/20 | l/24 | l/28 | l/10 |
Balok atau pelat rusuk satu-arah | 2/18,5 | l/21 | l/8 |
Catatan:
a)
Panjang bentang dalam mm.
b) Nilai
yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton
normal dan tulangan tulangan Mutu 240 MPa. Untuk kondisi lain, nilai di atas
harus dimodifikasi sebagai berikut:
- Untuk struktur beton ringan dengan berat
jenis (equilibrium density), Wc, di antara 1440 sampai 1840 kg/m3, nilai tadi
harus dikalikan dengan (1,65-0,0003Wc) tetapi tidak kurang dari 1,09.
- Untuk
fy selain 240 MPa, nilainya harus dikalikan dengan (0,4 + fy/700).
1) Pelat Dua Arah
Ketentuan
SNI 2847:2002 berlaku untuk Pelat dua arah dengan tulangan pokok dua arah yang
akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada
bentang dua arah.
Untuk
konstuksi monolit, atau komposit penuh, suatu balok mencakup bagian slab pada
setiap sisi balok yang membentang dengan jarak yang sama dengan proyeksi balok
di atas atau di bawah slab tersebut, yang mana yang lebih besar, tetapi tidak
lebih besar dari empat kali tebal slab.
Luas
tulangan slab dalam masing-masing arah untuk sistem slab dua arah harus
ditentukan dari momen-momen pada penampang kritis, tetapi tidak boleh kurang
dari yang disyaratkan.
Pelat
lantai yang dirancang adalah pelat lantai dua arah yang didukung pada keempat
sisinya. Untuk memudahkan perancangan akan digunakan tabel dari grafik dan
hitungan beton bertulang berdasarkan SNI – 2847 – 2002. Syarat tebal pelat
minimum menurut SNI – 2847 – 2002 adalah sebagai berikut:
a)
Untuk αm <
0,2 ketebalan pelat minimum adalah sebagai berikut ini:
-
pelat tanpa penebalan :
125 mm
- pelat
dengan penebalan : 100 mm
b) Untuk
0,2 ≤ αm ≤ 2,0 ketebalan pelat minimum harus
memenuhi persamaan sebagai berikut ini: h = (ℷn [0,8 + fy/1500]) / (36 + 5.β. (αm
- 0,2)) dan tidak boleh kurang dari 120 mm.
c) Untuk
αm ≤ 0,2 ketebalan pelat minimum harus
memenuhi persamaan sebagai berikut ini: h = (ℷn [0,8 + fy/1500]) / (36 + 5.β.(αm
- 0,2)) Dan tidak boleh kurang dari 90 mm
Dengan:
h = Tebal pelat minimum (cm)
fy = Tulangan leleh baja tulangan (Mpa)
α =
Rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap kuat lentur pelat dengan lebar
yang dibatasi lateral oleh garis sumbu tengah dari panel-panel yang
bersebelahan bila ada pada tiap sisi balok.
αm =
nilai rata-rata α untuk
semua balok pada tepi-tepi dari suatu panel.
β =
rasio bentang bersih dalam suatu arah memanjang terhadap arah memendek dari pelat dua arah.
ℷn = panjang bentang bersih
dalam arah memanjang dari kontruksi dua arah, diukur dari muka ke muka tumpuan
pada pelat tanpa balok dan muka ke muka balok atau tumpuan lain pada kasus
lainya.
Pada
tepi yang tidak menerus, balok tepi harus mempunyai rasio kekakuan α tidak kurang dari 0,8 atau sebagai
alternatif ketebalan minimum yang ditentukan persamaan harus dinaikan paling
tidak 10% pada panel dengan tepi yang tidak menerus.
α = (Ecb. lb) / (Ecp. lp)
Dengan:
Ecb = modulus elastisitas balok beton
Ecp = modulus elastisitas pelat beton
Lb = momen inersia terhadap sumbu pusat
penampang bruto balok
Lp
= momen inersia terhadap sumbu pusat penampang bruto pelat
Menghitung
beban-beban yang dipikul pelat dengan persamaan sebagai berikut ini:
Wu
= 1,2 WD + 1,6 WL
Dengan:
Wu =
beban ultimit
WD =
beban mati
WL = beban hidup
K
= Mn / b.d2 = Mu /∅.b.d2
Dengan:
k =
koefisien tahanan
M =
momen yang ditinjau
b =
lebar permeter pelat
d = tinggi efektif pelat
Menghitung
tulangan dengan syarat ρmin
< ρ ≤ ρmax apabila ρ > ρmax maka perlu menentukan kembali tebal pelat kemudian
memilih tulangan dengan:
ρ = As / Ad
Dimana:
As =
luas tulangan
Ad
= rasio tulangan
Postingan ini merupakan lanjutan dari
materi balok beton bertulang yang diposting sebelumnya, sebagai materi yang
saya punya dan saya tulis dengan tujuan memberikan kemudahan informasi, baik
dalam pengerjaan struktur, semoga bisa menjadi bahan refrensi bagi siapa saja
yang membutuhkan.
0 Response to "Perhitungan Balok Dan Plat Lantai"
Post a Comment